Ilustrasi

Sabtu, 30 September 2023 di menjelang tutup tahun 2023, umat Hindu di Bali merayakan raina Tumpek Landep. Raina yang secara filosofi direlasikan dengan ketajaman pikiran, kecerdasan, yang mempunyai arti penting dalam perjalanan sejarah manusia dalam pembentukan peradaban dan kemudian kebudayaan.

Dalam konteks kehidupan dewasa ini, anomali musim yang bersumber dari krisis iklim begitu nyata: penurunan produktivitas di sektor pertanian termasuk pangan, aneka ragam bencana alam hidrologi yang menekan ekonomi dan semakin mempersulit kehidupan masyarakat miskin.

Di sisi lain, ada semacam korelasi (hubungan yang saling mempengaruhi) antara pemberian izin konsesi lahan: tambang, HPH dan kegiatan bisnis lainnya menggunakan lahan, dengan penyelenggaran Pemilu. Dalam pemberian izin konsesi alam, sebagai sumber dana pembiayaan Pemilu bagi penguasa dan kelompok kepentingan yang dekat dengan penguasa yang punya potensi besar merusak alam secara berkelanjutan.

Ketajaman pikiran yang kembali disadarkan dalam ritual raina Tumpek Landep, secara filosofis diharapakan menstimulasi kecerdasan pikiran, laku kehidupan bersahaja, yang melahirkan komitment pelestarian alam, -tulang ampiang bhuwana-, “tulang sumsum” alam raya yang berupa: laut, lautan, samudra, kawasan penyangga hutan Bakau pelindung pantai, DAS, Danau, rangkaian aneka hutan: produksi, penyangga alam, “jejer kemiri” hutan penyangga kesucian.

Makna Tumpek Landep yang dibumikan, menstimulasi kecerdasan, kehidupan bersahaja (karena faktanya kehidupan serakah para penguasa) melahirkan keputusan politik yang merusak alam, dan melahirkan komitment yang dibatinkan, program penyelamatan alam adalah pilihan tunggal untuk keberlanjutan manusia dan seluruh spesies yang menghuni Alam Raya.

Jro Gde Sudibya, Ketua FPD (Forum Penyadaran Dharma).