Foto: Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali memperkenalkan Rebranding “KPRK PangPadePayu” dengan berbagai inovasi digital.

Denpasar (Metrobali.com)-

Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali meluncurkan Rebranding “KPRK PangPadePayu” dengan spirit sinergi untuk energi.

Rebranding yang diikuti dengan peluncuran berbagai progam inovasi digital menguatkan komitmen KPRK untuk membawa koperasi dan pelaku UMKM go digital.

“KPRK mencoba rebranding, jawabannya digitalisasi, mengubah gaya kelola koperasi. Melalui rebranding ‘KPRK PangPadePayu’ kami optimis koperasi maju dengan digitalisasi dan siap bersinergi untuk sebuah energi,” kata Ketua KPRK Provinsi Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H.

Hal ini disampaikan Tini Gorda dalam Webinar “Tatanan Kehidupan Era Baru Koperasi dan UMKM Menuju Digitalisasi” yang digelar Pemprov Bali berkolaborasi dengan KPRK Bali, Kamis (16/7/2020) diikuti oleh penggerak koperasi dan UMKM Kabupaten/Kota se-Bali.

Webinar ini serangkaian memperingati Hari Koperasi ke-73 dan Hari UMKM Nasional ke-5 Tingkat Provinsi Bali Tahun 2020. Webinar juga menghadirkan pembicara antara lain Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali drh. I Wayan Mardiana M.M., Kadek Adnyana selaku pengelola platform e-marketplace PasarBali.id dan Ni Luh Putu Gunarti dari Net.Kop.Rk.

Lebih lanjut Tini Gorda yang juga Ketua DPD IWAPI Bali ini mengungkapkan digitalisasi koperasi memudahkan berjalannya bisnis koperasi mulai dari meningkatkan pelayanan kepada anggota lewat aplikasi. Lalu menghubungkan produsen dan pembeli lewat aplikasi.

Rebranding “KPRK PangPadePayu” akan menandai sejumlah inovasi digutal yang diluncurkan KPRK. Diantaranya pertama, Pasar Online KPRK yang didukung juga PasarBali.id.

Kedua, ada Net.Kop.Rk yang merupakan semacam platform digital bagi para UMKM agar bisa go digital. KPRK PangPadePayu Go Digital ini sinergi dengan Kampus IT ternama STMIK Primakara

Ketiga, dalam Launching Rebranding ini KPRK juga memperkenalkan produk Bali Dazzling Songket Bordir yang merupakan karya desainer muda putri dari Tini Gorda muda A.A.A. Agung Candra Dewi, S.T., dan rekan bisnisnya yakni  Anak Agung Mia Intentilia, S.IP.,M.A.

Keempat, digelar pula Launching Kelas Entrepreneur bersama RUANGUKM dan Launching Lensa Horeee.

Walaupun mengarah pada digitalisasi, Tini Gorda menegaskan tujuh prinsip koperasi harus menjadi spirit yang menjiwai pengelolaan koperasi.

Pertama,keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.  Kedua, pengelolaan dilakukan secara demokratis. Ketiga, pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

Keempat, kemandirian. Kelima, pemberian balas jasa terbatas terhadap modal. Keenam, pendidikan perkoperasian. Ketujuh, kerja sama antar koperasi.

Sayangnya menurut Tini Gorda Prinsip kerja sama antar koperasi ini yang sekarang menjadi semakin penting tapi seringkali dilupakan. Dengan  adanya kerja sama ini menjadikan koperasi pilihan tepat kelola usaha dan UMKM di tengah kondisi pandemi Covid-19.

“Tapi prinsip ini belum bisa diwujudkan nyatakan. Semoga kondisi pandemi ini jadi rekonsiliasi dan mulat sarira bagi koperasi meningkatkan kerjasama, sinergi untuk energi,” papar Tini Gorda yang juga Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU) dan Direktur Eksekutif GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali.

Situasi Pandemi Covid-19 mengharuskan KPRK berubah KPRK Era Baru yang mengusung sistem “KPRK PangPadePayu” dengan dilindungi semangat “Dari Oleh Untuk Kita” dengan motto menggeliatkan “KPRK Kerja Cerdas Kerja Ikhlas Kerja Tuntas.”

KPRK adalah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga yang bergerak dalam berbagai macam usaha perdagangan serba ada yang berkaitan dengan kebutuhan hari Raya dari berbagai keumatan, usaha jasa, usaha retail dan usaha simpan pinjam dengan sistem tanggung renteng.

Koperasi ini mulai dirintis pada tanggal 23 Februari 2015 oleh komunitas Anak Bangsa yang dibentuk oleh Dr. A.A.A. Ngr. Tini Rusmini Gorda, SH., MM., MH. bersama dengan teman-teman yang satu hati bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wujud kebersamaan untuk menuju pada koperasi yang ramah keluarga. Anggota KPRK boleh perempuan dan laki-laki tapi pengelolanya adalah perempuan.

Kondisi Koperasi di Bali

Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Provinsi Bali drh. I Wayan Mardiana, MM menyampaikan kondisi eksisting koperasi dan UMKM di Provinsi Bali.

Dikatakan, hingga saat ini, Bali memiliki 5.016 koperasi yang tersebar di sembilan kabupaten/kota. Sementara jumlah UMKM tercatat sebanyak 327.310 dengan presentase pertumbuhan 4 persen di tahun 2019.

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Bali yang saat ini tercatat sebanyak 4.230.051, rasio kewirausahaan di Bali terbilang masih kecil yaitu hanya sebesar 7,71 persen.

Dijelaskan, di tengah pandemi Covid-19, koperasi di Bali menghadapi tiga persoalan serius. Persoalan pertama berkaitan dengan likuiditas, saat nasabah koperasi menarik simpanan/tabungan di koperasi dalam jumlah besar maka koperasi akan kesulitan likuiditas.

Persoalan kedua, anggota koperasi kesulitan mengangsur pinjaman sehingga menganggu pendapatan koperasi. “Masalah ketiga adalah, kesulitan membayar pinjaman kepada pihak perbankan,” ujarnya.

Tak hanya koperasi, UMKM juga menghadapi situasi sulit. Persoalan yang dihadapi UMKM antara lain terkendalanya pasokan bahan baku karena sejumlah daerah menerapkan PSBB, menurunnya permintaan karena para pelanggan mengurangi pesanan dan kesulitan memperoleh pinjaman modal.

Menyikapi kendala yang dihadapi penggerak koperasi dan pelaku UMKM, Pemprov Bali telah mengambil langkah dalam bentuk penyaluran stimulus bidang ekonomi. Koperasi binaan kabupaten/kota memperoleh dana stimulus sebesar Rp. 10 juta dan koperasi binaan provinsi dibantu Rp. 30 juta. Tak hanya itu, Pemprov juga memberi perhatian terhadap pelaku UMKM, IKM (Industri Kecil dan Menengah) dan sektor informal.

Meski banyak kendala yang dihadapi di tengah pandemi Covid-19, penggerak koperasi dan pelaku UMKM diharapkan membangun optimisme dengan melakukan adaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru dalam membangun pasar.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali perubahan perilaku dan konsumen dan bertransformasi secara proaktif.

Mardiana menyebut, pandemi Covid-19 telah secara signifikan mengubah pola interaksi antara penjual dengan pelanggan. Sejalan dengan adaptasi kebiasaan baru, konsumen akan menghindari pertemuan fisik. Belanja secara daring pun diprediksi akan tetap menjadi pilihan setelah pandemi ini berakhir.

Hasil survei menyebut, 30% responden mengaku telah meningkatkan aktivitas belanja daring dan 40% mengatakan bahwa mereka akan terus melakukan pembelian secara daring bahkan setelah pandemi berakhir.

Menyikapi hal ini, UMKM harus mampu memetakan pola perubahan perilaku konsumen di era ini, termasuk keinginan, harapan dan kebutuhan konsumen dalam menjalani tatanan era baru.

Menghadapi pandemi global dan tatanan era baru, para pelaku bisnis juga harus mencari cara untuk tetap terhubung dengan para nasabah/pelanggan. Caranya antara lain dengan memanfaatkan platform media sosial, tidak hanya untuk menawarkan produk atau layanan terbaru, namun juga menciptakan jaringan pelanggan setia. (dan)