DALAM beberapa tahun terakhir, gairah untuk menari  Tango telah begitu marak di tempat-tempat tertentu di Indonesia. Di beberapa kota besar dan daerah wisata seperti Bali, tumbuh banyak tempat untuk menari Tango. Di Bali, Komunitas Tango berkembang dengan begitu pesat dan bergairah. Berbagai workshop Tango diselenggarakan di berbagai tempat hampir sepanjang tahun. Keinginan para Pecinta Tango untuk mencari ilmu lebih dalam dan lebih dalam tentang tarian ini semakin besar dari waktu ke waktu. Sejalan dengan itu  semakin banyak pula acara besar yang mendatangkan maestro-maestro Tango dunia.  Berikut wawancara Metro Bali dengan  Ratih Soe Kosasie, panitia sekaligus penari Tango.

Kenapa anda memilih menari Tango?

Saya kenal Tango sudah beberapa belas tahun yang lalu. Suami saya yang memperkenalkan saya pada tarian ini. Waktu itu kami masih pacaran. Dan, saya tidak tertarik. Saya merasa gerakannya dan musiknya kok kayak tua banget. Tidak sesuai dengan selera saya yang masih muda dan bersemangat. Tapi sekitar lima tahun lalu, secara kebetulan saya mencoba menari dan mendapatkan informasi yang benar mengenai filosofi tarian tersebut, saya merasakan keindahan tarian ini.

Apa keindahannya?

Tarian ini ditarikan dengan berpasangan di  mana antara satu dengan yang lainnya harus nyambung. Harus ada komunikasi batin.

Pada tarian lain ada tari berpasangan, tapi masing-masing bergerak sendiri dengan polanya. Kalau dalam Tango tidak bisa. Penari lelaki sebagai leader (pemimpin), dan penari perempuan sebagai follower (pengikut). Antara leader dan follower harus kompak. Folower harus mengikuti kemana leader mengarakan. Sementara, leader harus memahami apakah felower mampu mengikuti setiap arahannya. Jadi di sini ada seni berbagi dan seni berkompromi.

Filosofi ini kemudian bisa say terapkan dalam daily life saya. Dalam kehidupan sehari-hari, saya sebagai follower harus mengiktu kemana suami saya yang menjadi leader keluarga saya mengarahkan saya. Sebaliknya, suami saya harus memahami apakah saya mampu mengikuti arahannya dia.

Ada kelebihan lain?

Kelebihan Tango yang lain menurut saya adalah sebagai stress releaser, Penghilang stress, yang sangat ampuh. Menari dengan penuh perasaan membuat semua beban pikiran menjadi lebih ringan sehingga kita tidak sampai mengalami stress dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari.

Kenapa Tango in Paradise dilakukan di Bali?

Ini salah satunya atas saran dari Maestro Tango Dunia, Jorge Torres , yang mernah mampir ke Bali. Dia melihat Bali begitu fantastic. Dengan menyelenggarakan festival Tango internasional di Bali, para peserta akan mendapatkan nuansa yang sangat sangat berbeda disbanding event-event serupa di Negara lain.

Bali memilik aura dan magic yang luar biasa. Bagi maestro Tango, hal itu sangat menarik perhatian dan minat mereka.

Alasan lain, saya ingin mempromosikan kelebihan alam dan budaya Bali ke dunia Tango.  Agar spirit pulau yang indah ini dapat mewarnai kesenian Tango ini dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Oya, dalam Tango in Paradise , kami tidak hanya menampilkan acara Tango sebagaimana yang biasa kita lihat di Negara asalnya, tetapi saya mengintroduksikan unsure-unsur budaya local ke dalamnya. Misalnya, saya menari dengan pakaian kebaya. Para Maestro nanti akan emngenakan kain endek (tenun ikat khas Bali) dalam penampilan-penampilan mereka.

Kami juga mengadakan acara yoga, meditasi dan kuliah umum tentang kebudayaan Indonesia . Juga ada kuliah umum mengenai apa dan bagaimana tenun ikan endek.

 Note:

Ratih Soe Kosasie lahir di Blitar 49 tahun lalu. Dia adalah Peragawati Terbaik Indonesia tahun 1985. Seangkatan dengan Ratih Sanggar Wati.