RAPUHNYA NILAI KEMANUSIAAN GLOBAL : Mengenang 130 Tahun Pidato Svami Vivekananda 130 Tahun Lalu di Chicago AS
Svami Vivekananda
Krisis iklim yang menuju jalan tol neraka iklim, melahirkan bencana alam dashyat, ancaman krisis pangan global.
Dunia yang kita huni bersama ini ditandai oleh kerapuhan nilai kemanusiaan global, seperti: ketidakadilan ekonomi yang dalam antar bangsa, antar kelompok penduduk dalam sebuah negara bangsa, kemiskinan akut dengan bencana kelaparan di tingkat global. Krisis iklim yang menuju jalan tol neraka iklim, melahirkan bencana alam dashyat, ancaman krisis pangan global. Perang berkelanjutan Ukraina – Rusia, dengan risiko bayang-bayang perang nuklir dan tekanan terhadap pasokan gandum dan pupuk di pasar global. Risiko bayang-bayang perang nuklir di Semenanjung Korea, Selat Taiwan dan mungkin juga di Luat China Selatan. Konflik dan potensi konflik di banyak negara yang akarnya SARA dan atau ketidak adilan sosial ekonomi yang akut.
Dalam konteks kerapuhan nilai kemanusiaan di tingkat global ini, tidak sedikit intelektual berpaling dan mengenang pemikiran tercerahkan dari Svami Vivekananda dalam Konferensi Agama-Agama se Dunia di Chicago AS, September 1893, 130 tahun yang lalu.
Dalam pidatonya yang menggema dan memakau para peserta delegasi dari seluruh dunia, yang selalu dimulai dengan diksi: “My brorhers and sisters of America”, dan dalam rangkaian ceramah panjangnya di banyak kota di AS pasca konferensi, ada sejumlah butir mutiara pengetahuan spiritual yang tetap pantas disimak sampai hari ini. Menyebut beberapa “samudra” pengetahuan spiritualitas tsb.
Pertama, SAT, CHIT, ANANDA. Yang dirumuskan secara sederhana oleh Svamiji sebagai ADA (baca Tuhah), PENGETAHUAN (baca pengetahuan tentang realiras Tuhan), SAMUDRA KEBAHAGIAAN. Hanya insan-insan manusia yang menyadari kekuatan Atman dalam diri, lepas dari keterikatan (vaigraya), terus berkarya (baca karma yoga) akan mencapai samudra kebahagiaan. Bahasa lain dari apa yang disebut Svamiji dengan spiritual freedom (kebebasan spiritual). Kedua, DIVINITY OF THE PEOPLE, realitas hakekat Tuhan dalam diri, melahirkan sprit besar, kekuatan melawan arus, dengan apa yang disebut Svamiji sebagai totalitas prilaku insan-insan manusia yang buta secara intelektual dan spiritual – intelectual and spiritual illiterate” , yang melahirkan degradasi moral akut. Ketiga, DIVINITY OF THE NATURE. Svamiji berpandangan: di mana keseimbangan alam terjaga, hukum-hukum alam tidak diganggu, di sana realitas Tuhan menjadi nyata. Pengetahuan spirirualitas yang sangat penting dewasa ini, di tengah krisis iklim yang massif, salah satu pangkalnya bersumber dari arus pemikiran, relasi manusia dengan Tuhan yang utama, sehingga manusia bisa semena-mena terhadap alam untuk memenuhi keserakannya. Akibatnya, alam mengalami kerusakan dan masa depan umat manusia dan sistem kosmik menjadi taruhannya.
Soekarno adalah pengagum Svami Vivekananda, sebagai mana pengakuannya, di tahun -tahun awal tahun 1930’an mengalami “mental drop” di penjara Sukamiskin Bandung, semangatnya kembali pulih setelah membaca buku WAKE UP dari Svamiji seperti tulisan tangan Soekarno di halaman depan buku tsb. Sejarah negeri ini mencatat, kemudian lahirlah pidato pembelaan Soekarno di hadapan sidang pengadilan pemerintah jajahan India Belanda INDONESIA MENGGUGAT.
Banyak tokoh lain negeri ini, pengagum Svamiji, menyebut beberapa: Gus Dur, Romo Mangun dan juga Ibu Gedong.
Jro Gde Sudibya, Ketua Forum Penyadaran Dharma, Ketua Departemen Ekonomi Politik World Hindu Parisad.