Ilustrasi

Denpasar, (Metrobali.com)

Dalam puja bhakti raina Buda Kliwon Gumbreg 30/11/2022 hari ini, pantas disimak untaian pengetahuan dalam salah satu Upanisad yang mengatakan, jika keserakahan menguasai manusia, maka langit akan tuntuh, dimulai dari runtuhnya kecerdasan manusia.

Dalam krisis iklim yang menuju jalan tol neraka iklim tampak nyata, keserakahan manusia untuk mengeksploitasi alam secara semena-mena, melahirkan pemanasan bumi yang kelewat batas, melahirkan krisis iklim dengan biaya lingkungan dan biaya kemanusiaan yang luar biasa besar, dan bahkan mengancam masa depan dan kehidupan manusia.

Runtuhnya kecerdasan, melahirkan biaya kemanusiaan yang luar biasa, rontoknya peradaban dan merosotnya kebudayaan.

Runtuhnya kecerdasan di sektor pendidikan misalnya, melalui industri pendidikan yang kelewat batas, komersialisasi pendidikan yang tidak terbendung, pendidikan semata-mata komoditas ekonomi dalam pasar yang tidak mengenal code of conduct, telah melahirkan prilaku korup di lingkungan para pendidik. Inilah penyebab awal dari runtuhnya peradaban, yang pangkal penyebabnya keserakahan yang meluluh-lantakkan kecerdasan.

Fenomena ini mau dicoba ditutup-tutupi (tetapi gagal), melalui bentuk-bentuk luar, gedung yang mentereng, sistem kurikulum yang seakan-akan canggih, deretan titel yang membuat silau orang–orang “pinggir jalan”, “kelompok manusia bertitel”meminjan ucapan Perdana Menteri Pertama negeri ini, Soetan Sjahrir.

Kerusakan dashyat terjadi di lingkungan penegakan hukum, yang skalanya massif dan dashyat, tempat rakyat mengadu untuk memperoleh keadilan, tetapi komersialisasi hukum, mafia:peradilan, tanah, memojokkan rakyat yang mencari keadilan, yang lemah secara ekonomi, politik dan tidak punya akses kekuasaan.

Korupsi di bidang-bidang lainnya lebih dashyat lagi, korupsi kekuasaan, perdagangan pengaruh -trading influence-, korupsi tradisional menggangsir uang negara. Tidak kurang dari cendikiawan ternama Buya Sjafei Maarif semasa hidupnya menulis di Kompas, korupsi di sektor pertambangan begitu besarnya, tetapi tidak bisa tersentuh.

Dalam fenomena kerusakan moral ini, menarik disimak tulisan dari pejuang HAM AS, Bapak Pendiri AS dan kemudian menjadi Presiden AS, pada umumnya orang kuat menderita bahkan dalam kurun waktu yang panjang, tetapi berikan mereka kekuasaan, maka akan segera tampak karakter aslinya.

Berangkat dari pemikiran Jefferson ini, banyak pejabat di sini begitu rapuh karakternya dan menjadi limbung ketika menduduki kekuasaan.

Negeri ini gagal membangun MANUSIA BERBUDI PEKERTI LUHUR yang diamanahkan oleh Bapak-Bapak pendiri bangsa sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.

Jro Gde Sudibya, Ketua FPD ( Forum Penyadaran Dharma), kelompok diskusi intelektual Hindu di Denpasar.