Radendra : Aktivitas Mahasiswa Harus Tetap Murni dan InteIektual

 

Denpasar (Metrobali.com) 

Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, SH, MH, akademisi dan advokat yang merupakan pengarah dan koordinator Aksi Kebangsaan perguruan tinggi melawan radikalisme sejak 2017 lalu, menanggapi pertemuan Gubernur dengan komponen masyarakat Bali Rabu kemarin (2/10), menyatakan bahwa inisiatif para mahasiswa menyampaikan keberatan terhadap isi RUU mestinya murni karena sikap peduli kepada bangsa, dan itu baik karena mahasiswa adalah bagian dari komunitas akademis.

Masyarakat akademis menjunjung kebebasan berpendapat dan bukan kebebasan destruktif. Masyarakat ilmiah bukanlah masyarakat preman, yang saya berikan singkatan preman itu sebagai “predator-ketentraman” alias pemangsa ketentraman, menghilangkan ketentraman masyarakat, ketentraman publik. Padahal ketentraman adalah bagian dari hak publik.

“Adanya mahasiswa atau menyerupai mahasiswa yang anarkis dan kasar bergaya preman di beberapa daerah sungguh memalukan. Penggunaan kekerasan adalah bagian dari cara berpikir radikalisme. Dan radikalisme harus kita lawan,” kata koordinator Aksi Kebangsaan Mahasiswa Se-Bali Menjaga Pancasila pada 10 November 2018 lalu di Kampus Universitas Udayana Sudirman, dalam pesan Whatsappnya, Kamis (3/10/2019).

Harus selalu dijaga agar massa mahasiswa tidak ditunggangi penumpang gelap yang menyusup dan menghasut bentrokan dengan polisi. Tuntutan mahasiswa juga harus tetap jernih dan fokus menolak RKUHP dan UU KPK. Tidak melebar misalnya menjadi upaya melengserkan pemerintahan yang sah apalagi menyoal ideologi Pancasila yang sudah final.

“Jangan sampai kemurnian idealisme mahasiswa sebagai komunitas akademis dipolitisasi penumpang gelap yakni pihak-pihak yang memang ingin membuat kekacauan dan memanfaatkan kerumunan massa. Karena dalam ilmu psikologi massa disebutkan bahwa kerumunan massa, apalagi yang berjumlah besar, adalah paling mudah dan rawan untuk di infiltrasi dan diprovokasi,” tuturnya.

Video-video di media sosial banyak menunjukkan upaya kelompok tertentu yang membayar orang-orang bukan mahasiswa untuk melempari polisi dan mengeruhkan situasi. Ini bukti awal yang cukup untuk mencurigai ada pihak yang berusaha memanfaatkan massa untuk mengacaukan suasana bangsa ini.

Idealisme Mahasiswa itu bagus karena itu memang salahsatu fungsi masyarakat akademik, menjadi pengingat kepada para elite agar tidak melenceng dr tugas pokok mereka utk membela rakyat, bukan membohongi rakyat. Tapi yang penting tetaplah jaga kemurnian perjuangan agar tidak ada penumpang gelap yg memanfaatkan situasi utk memperkeruh keadaan.

Mahasiswa ikut unjuk rasa tidak masalah tapi harus tetap kritis dan sesama mahasiswa dan BEM antar kampus di Bali justru harus saling mengingatkan dan meluruskan jika ada indikasi melenceng dari apa yang disepakati untuk diperjuangkan bersama. Dengan posisi sebagai BEM kampusnya, maka punya hak untuk saling bertanya, ini fokusnya apa (agar tidak melebar tak jelas) dan buat komitmen, jika melenceng, kami akan menarik diri, begitu mestinya, papar Radendra yang semasa mahasiswa di Bandung dulu juga pernah jadi Ketua Senat Mahasiswa dan Ketua Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional.

Mahasiswa adalah pembelajar. Tentu mempelajari dengan benar substansinya. Bukan sekedar berdasarkan “katanya – katanya” tanpa tahu benar isinya. Pilahlah mana substansi dan mana infiltrasi. Mahasiswa bersifat kritis dan peka itu bagus tapi juga mesti cerdas dan cermat, jangan sampai tanpa sadar menjadi alat atau diperalat oleh suatu kepentingan yang tidak jelas agendanya.

Mahasiswa harus sadar bahaya itu. Tiap kerumunan besar akan sangat mudah dijadikan sasaran penyusupan orang-orang tertentu. Ada pihak-pihak yang menunggu kesempatan adanya kerumunan besar untuk bisa membayar orang-orangnya menyusup, memancing rusuh dengan aparat, menciptakan chaos dan kekacauan.

Gunakan cara elegan dan legal, sarannya kepada seluruh aktivis mahasiswa se Indonesia. “Turun ke jalan saat ini bukan hanya tidak elegan tapi akan mudah jadi sarana pihak tertentu membuat kerusuhan. Dan cara kekerasan adalah cara “radikalisme” yang tidak sesuai Pancasila!,” Pungkasnya. (hd)