Jembrana (Metrobali.com)-

Meski sudah lama tidak terdengar lagi adanya kasus rabies, warga Jembrana tetap  harus mewaspadainya. Pasalnya, kasus berbuntut kematian itu bisa muncul kapan saja lantaran kesadaran warga untuk memvaksin anjingnya masih sangat rendah. Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Jembrana, dr Putu Suasta, saat dikonfirmasi terkait perkembangan Rabies dari gigitan anjing, di prees room Pemkab Jembrana, Kamis  (5/12).

Suasta mengatakan, dari catatan Diskes, kasus gigitan anjing di Jembrana terus mengalami peningkatan setiap tahun, namun yang positif terinfeksi rabies mengalami penurunan. Menurutnya hingga akhir November 2013, terdapat 12 orang yang digigit anjing positif  terinfeksi rabies. Dibanding tahun lalu, jumlah itu menurun. Pasalnya tahun 2012 lalu terdapat 91 kasus.  2011 sebanyak 87 kasus dan 2010 terdapat 21 kasus.

Dikatakannya tingginya populasi anjing di Jembrana juga mengakibatkan kasus gigitan meningkat. Per November 2013ini, kasus gigitan anjing mencapai 2.328 kasus, yang jika dirata-ratakan terdapat tujuh kasus gigitan dalam sehari. Padahal  pada tahun 2010 lalu, hanya 1.276 kasus, tahun 2011, 2039 kasus, tahun 2012 menjadi 2.714 kasus.  

Dikatakannya tingginya kasus gigitan anjing bisa disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara anjing dan memberi vaksin pada anjing peliharaannya. Pasalnya setiap vaksinasi rutin yang dilakukan Dinas Peternakan (Disnak), dilapangan selalu menemui kendala. “Masak petugas juga diminta untuk menangkap anjingnya yang sengaja dilepas saat akan divakasin” ungkapnya.  “Saya akui kasus gigitan anjing meningkat, tapi tidak semua kasus gigitan anjing harus ditangani dengan VAR (Vaksin Anti Rabies)” ujar Suasta, sembari menghimbau langkah pertama ketika digigit anjing agar dicuci bersih melalui air mengalir secara berulang-ulang. MT-MB