Denpasar (Metrobali.com)-

Hingar bingar musik pop, rock, dangdut dan lainnya, seolah benar -benar menenggelamkan musik keroncong, musik asli Indonesia. Sementara dibalik sepinya gema musik satu ini, mereka diantara para sesepuh keroncong di bali masih mempunyai semangat tinggi dalam berkiprah di dunianya. “ Musik keroncong masih ada, masih eksis,” sirat Husen (62) dan Kartya (70), dua musisi keroncong tempo doeloe yang tergabung dalam group keroncong Panorama indah.

Menyimak perjalanan musik keroncong sejauh ini diakuinya sangat lambat. Seirama dengan regenerasi untuk pemainnya juga penyanyinya sekaligus pencipta lagunya. Maka bila  generasi muda yang senang dengan musik keroncong tentu tidak sebanyak, untuk penyanyi jenis musik pop, rock, dangdut dan lainnya. “ Begitu juga untuk lagu lagu keroncong, kita hanya terbatas pada lagu lama, seperti bengawan solo, jembatan merah dan sebagainya itu,” imbuh Husen.

Padahal untuk group keroncongnya yang bernama Panorama indah, bahwa tidak melulu melantunkan lagu -lagu lama itu. “ Kita sering mengangkat lagu pop, dengan aransemen lain, meski tidak lari dari keroncong,” urainya.

Bahwa dibutuhkan nuansa baru di musik keroncong baik musiknya, lagunya juga aransemennya. Meksi tidak ‘lari ‘dari pakem keroncong. Selebihnya untuk bisa mengangkat keroncong lebih maju, semua pihak harus ikut berperan serta. Baik itu personalnya, pemerintah dan kaitan lainnya. Sebab keroncong sebenarnya masih juga diminati oleh kalangan elite khususnya para turis asing.

Seperti pada group Panorama Indah dibawah pimpinan R. Mulyono, yang mempunyai jadwal manggung setiap hari Rabu dan Minggu di sebuah Hotel berbintang, dan pentas di beberapa acara lainnya, termasuk di RRI Denpasar. Dari itu indikasi itu diantaranya, bahwa keroncong justru banyak dihargai oleh orang asing, belum banyak oleh bangsa sendiri. Sekali lagi dibutuhkan sinergi yang kuat untuk membangun , membangkitkan keroncong yang notabene musik asli Indonesia sebagaimana musik dangdut yang mampu melejit hebat diblantika musik nasional bahkan internasional. Sementara dari Fenomena musik keroncong asli milik bangsa Indonesia justru terpuruk di negaranya sendiri, maka layak kalau muncul pertanyaan, Qua Vadis (pergi kemana ) Keroncong (ku) ? . HP  -MB