Jembrana (Metrobali.com)-

Memasuki masa tanam, puluhan hektar sawah di Jembrana mengalami kekeringan. Untuk mendapatkan air petani terpaksa membuat sumur bor.

Seperti yang dialami petani di Subak Telepud, Tegalcangkring Kecamatan Mendoyo. Untuk mendapatkan air petani terpaksa membuat subur bor. Akibatnya biaya produksi menjadi bertambah dua kali lipat. Sebab untuk menaikkan air, petani menggunakan mesin penyedot air.

Made Adi Sutama (43) salah seorang petani setempat ditemui Minggu (15/9) mengatakan saat ini seharusnya masa menanam palawija. Namun berdasarkan pengalaman sebelumnya dimana  menanam palawija hasilnya kurang paksimal, petani memilih menanam padi. “Kami menanam padi dengan harapan hujan turun. Tapi malah kekurangan air karena jarang turun hujan” ujar Sutama.

Menurutnya dari 80 hektar sawah di Subak Telepud, sekitar 20 hektar sawah lebih kekurangan air. Sehingga pertumbuhan padi menjadi terhambat. ”Kami terpaksa membuat subur bor untuk mendapatkan air. Kalau tidak begini padi bisa layu dan mati. Resikonya biaya produksi menjadi bertambah” ujarnya.

Pantauan di subak setempat, puluhan hektar tanaman padi nampak mengalami kekeringan. Tanah sawah juga mengalami retak-retak. Selain itu tanaman padi yang baru berumur satu bulan nampak kerdil lantaran pertumbuhannya lambat. Bahkan beberapa hektar padi milik petani nyaris mati lantaran tidak dirawat. MT-MB