Jakarta, (Metrobali.com)

Akses listrik yang minim untuk nelayan di pesisir Papua membuat hasil laut tak terkelola optimal. Banyak ikan rusak dan membuat biaya operasional nelayan tinggi. Berawal dari masalah itulah, PT Meta Seaco Indonesia menciptakan storage pendingin dengan energi tenaga surya. Inovasinya itu pula yang membuatnya berhasil meraih Top 3 Pertamuda Seed and Scale 2024 dari kategori Early Stage Startup yang diselenggarakan PT Pertamina (Persero).

CEO PT Meta Seaco Indonesia Catur Prasetyo Nugroho yang juga mahasiswa Ilmu Aktuaria Universitas Gajah Mada menjelaskan, storage ini merupakan pendingin tenaga surya portable untuk kapal konvensional untuk menekan kerusakan ikan dan biaya operasional penggunaan es balok. Lewat produknya itu, ia juga ingin membangun rantai pendingin di daerah pesisir di Papua.

Berbeda dengan freezer biasa, storagenya ini menggunakan sistem pendingin dari samping dan bawah. Selain itu bisa juga untuk penyimpanan kering dan basah. Selama 9 bulan melakukan riset banyak kendala dihadapi diantaranya kompresor meledak, tangan luka – luka selama perakitan, dll.

Selama 1 tahun 3 bulan tinggal di pesisir tertinggal Papua itu, ia melihat potensi hasil laut yang melimpah namun yang bisa dikelola dengan nilai jual tinggi hanya yang bisa dikirim melalui pesawat yaitu lobster, ikap kakap merah, ikan kerapu merah namun ikan lainnya masih sulit dikelola. Pengamatan lapangan di Laut Selatan Pulau Jawa, kerusakan ikan sampai 10 persen dengan penggunaan es balok bahkan biaya operasional es balik juga cukup tinggi.

Hal itu karena masalah utama listrik dan storage pendingin yang tak dimiliki nelayan. “Akhirnya kami memiliki ide membuat mini storage yang menggunakan energi surya,” ungkapnya.
Pertamuda Seed and Scale 2024 merupakan momen yang baik baginya untuk berbagi inovasinya. Dengan disiplin ilmu Aktuaria, ia dapat membuat prediksi secara real time berdasarkan jenis ikan, ukurannya, titik koordinatnya sehingga semakin memudahkan nelayan dalam melaut, tak tergantung pada musim. (RED-MB)