Foto: Politisi muda PSI yang juga Sekretaris DPW PSI Provinsi Bali Cokorda Dwi Satria Wibawa.

Denpasar (Metrobali.com)-

Keberadaan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sejak awal kemunculannya di tahun 2014 hingga saat ini memang terus menjadi magnet bagi generasi muda untuk mau terjun ke dunia politik dan bergabung dengan partai politik.

PSI yang memang identik dengan partai masa kini, partainya anak muda telah menjadi rumah besar, rumah bersama bagi anak-anak muda untuk bersama-sama belajar politik, menempa diri, mengabdi dan bekerja untuk rakyat.

Menariknya, suasana kebersamaan dan kekeluargaan hingga pendekatan komunikasi yang cair diantara pengurus dan kader seperti tidak ada sekat menjadi bebebera faktor penting yang membuat anak-anak muda betah dan nyaman bergabung di PSI.

Hal itu pula yang dirasakan seorang anak muda muda bernama Cokorda Dwi Satria Wibawa yang bergabung di PSI sejak tahun 2017 dengan langsung dipercaya sebagai Wakil Ketua DPW PSI Provinsi Bali dan kini menjabat sebagai Sekretaris DPW PSI Provinsi Bali. Pada usia dan HUT ke-7 PSI tahun ini, Cok Dwi merasa semakin nyaman dan cinta dengan PSI.

“Awalnya bergabung PSI karena tertarik dengan partai ini sebagai partainya anak muda, partai ini keren, banyak diisi anak-anak muda, partai yang menawarkan gagasan baru. Saya berpikir bagus kalau saya bisa bergabung dan mengawal partai ini menjadi lebih keren,” kata politisi muda PSI yang akrab disapa Bro Cok Dwi ini, Sabtu (13/11/2021) saat ditanya refleksinya berkaitan dengan momentum HUT ke-7 PSI dan 7 tahun “PSI Hadir Kerja untuk Rakyat”.

Bagi Cok Dwi, PSI juga partai yang sangat cair dan tidak ada sosok bos di partai ini yang bisa main atur dan perintah seenaknya. “Tidak ada yang namanya bos disini gitu lho.  Dengan Bro Ketum (Plt Ketua Umum PSI Giring Ganesha) pun kita biasa, kita ngobrol chatting, atau duduk ngopi bareng itu hal yang biasa. Bahkan kami bondingnya bukan sebagai pengurus, tapi bondingnya sebagai keluarga, ngobrol-ngobrol, seru lah pokoknya kalau di PSI itu,” tuturnya.

Baginya sejak awal lahirnya PSI hingga saat ini, partai ini konsisten menawarkan dan mengimplementasikan paragdima, perspektif serta cara-cara baru berpolitik. “Refleksi 7 tahun PSI saya melihat partai ini masih pada relnya untuk melakukan perubahan kondisi politik di Indonesia, mengajak anak muda tidak alergi dan tidak apatis terhadap politik,” terang Cok Dwi.

Politisi muda PSI kelahiran Singaraja, 5 Agustus 1987 ini mengajak anak-anak muda punya perspektif baru melihat dunia politik bahwa politik itu bukanlah sesuatu yang menyeramkan atau dunia yang kejam penuh trik dan intrik. Politik itu adalah sesuatu yang mulia, sebagai sebuah jalan perjuangan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan sarana mensejahterakan rakyat.

“Saya mengajak anak muda melihat politik tidak serem. Seperti kami di PSI, berpartai itu rileks, tidak tegang,” kata tokoh muda yang pernah aktif di berbagai organisasi seperti BEM Universitas Udayana, GMNI, dan Pemahi Bali ini.

 

Sebagai generasi muda, dirinya melihat anak muda punya peran besar di masyarakat dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Anak muda adalah sosok calon pemimpin masa depan yang memang harus menempa dan mengisi diri sejak dini, salah satunya di organisasi partai politik.

“Sebenarnya kalau peran anak muda ya sangat berpengaruh. Bung Karno dan Bung Hatta menjadi presiden, menjadi presiden dan wakil presiden pertama Indonesia di usia yang masih muda 44 tahun. Secara tidak langsung kita sebagai pemuda, bisa meneruskan jejak-jejak mereka untuk menjadi garda terdepan dalam membangun bangsa,” paparnya.

Di sisi lain, bagi Cok Dwi PSI juga merupakan partai yang sangat menghormati keberagaman, menjaga pluralisme. PSI mengusung spirit Menebar Kebajikan, Merawat Keragaman, Mengukuhkan Solidaritas.Sebab Indonesia adalah kepingan warna warni yang direkatkan oleh Solidaritas.

“Arti PSI buat saya itu, jawaban buat Indonesia ke depan ya. Karena sangat cocok dengan kondisi Indonesia kita yang pluralis beragam, berbagai macam suku dan agama,” pungkas Cok Dwi. (wid)