Foto: Ketua DPW PSI Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto (Bro Adi-kiri) bersama Sekretaris Cokorda Dwi Satria Wibawa (Bro Cok-kanan) di sela-sela acara Kopdarnas PSI dan puncak perayaan HUT ke-8 PSI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).

Denpasar (Metrobali.com)-

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi salah satu partai politik (parpol) yang getol dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai anti korupsi. Bahkan PSI menjadi salah satu parpol terbersih dimana tidak ada satupun kader PSI ataupun anggota legislatif dari PSI yang terjerat kasus korupsi.

Kondisi itu tentu berbeda dengan parpol lainnya dimana banyak kadernya baik yang di legislatif maupun eksekutif yang tersandung kasus korupsi. Bahkan partai penguasa pun tak luput tercoreng namanya akibat ulah kadernya saat menjabat menteri malah “merampok uang negara” dan akhirnya menjadi terpidana kasus korupsi.

Tidak adanya kader PSI yang tersandung kasus korupsi juga ditegaskan oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha dalam pidato politiknya saat acara Kopi Darat Nasional atau Kopdarnas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-8 PSI yang digelar di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, pada Selasa (31/1/2023).

Kala itu Bro Giri menegaskan PSI tetap konsisten pada nilai dan DNA perjuangan sejak awal partai ini didiripkan yakni anti korupsi dan anti intoleransi. Bahkan nilai-nilai itu telah menjadi gaya hidup dan way of life dari kader-kader PSI di seluruh Indonesia.

Bro Giring juga menegaskan sebagai bukti konsistensi menjalankan nilai-nilai anti korupsi dan anti intoleransi, sampai detik ini tidak ada satupun kader maupun anggota legislatif PSI yang sampai terjerat kasus korupsi.

“Memang benar apa yang disampaikan Ketum PSI Bro Giring bahwa kader-kader PSI konsisten menjalankan nilai-nilai anti korupsi dan anti intoleransi. Dan sampai hari ini memang buktinya Anggota Dewan kita tidak ada satupun yang terjerat kasus korupsi. Itu artinya PSI konsisten dengan nilai-nilai yang diperjuangkan,” kata Ketua DPW PSI Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto yang akrab disapa Bro Adi belum lama ini yang juga turut hadir bersama sejumlah pengurus DPW PSI Bali di acara Kopdarnas tersebut.

Bro Adi mengungkap tidak ada ruang sekecil apapun bagi koruptor di PSI. Baru ada terindikasi saja melakukan dugaan korupsi, salah satu anggota Dewan dari PSI sudah dipecat. “Itu baru dugaan ya, belum melakukan korupsi tapi sudah dipecat. Jadi karena ada nilai-nilai yang dilanggar, yang bersangkutan sudah dipecat. Itu menjadi bukti bahwa PSI konsisten menjalankan nilai-nilai anti korupsi dan anti intoleransi,” ungkap Bro Adi yang juga seorang advokat ini.

Bukti lain bahwa tidak ada ruang bagi koruptor di PSI, kata Bro Adi, adalah PSI tegas menolak mantan narapidana kasus korupsi atau koruptor untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari PSI. PSI tidak ingin mantan koruptor itu menularkan virus-virus prilaku koruptif dan menjadi preseden buruk juga bagi PSI dan lembaga legislatif jika akhirnya caleg mantan terpidana korupsi malah bisa terpilih sebagai wakil rakyat.

“Jadi kami tegaskan sama sekali tidak ada ruang bagi koruptor di PSI. Kalau ada kader terindikasi korupsi kita pecat. Mantan koruptor mau jadi caleg juga kami tolak, kami tutup pintu rapat-rapat,” tegas politisi PSI asal Desa Bugbug, Karangasem itu.

Nilai-nilai anti korupsi dan anti intoleransi yang telah menjadi gaya hidup dan way of life dari kader-kader PSI di seluruh Indonesia ini pulalah yang membuat banyak tokoh-tokoh besar bergabung ke PSI. Salah satunya adalah Dhohir Farisi yang akrab disapa Gus Faris yang merupakan suaminya Yenny Wahid yang bergabung menjadi Dewan Pengarah Pemenangan PSI. Gus Faris merupakan tokoh NU yang juga punya pengalaman sebagai Anggota DPR RI periode 2009-2014 dari Partai Gerindra.

“Itu membuat keyakinan kami dengan semakin banyak tokoh-tokoh bergabung dan semakin banyak yang mendukung sehingga kami yakin PSI bisa meraih kemenangan di 2024 dan lolos ke DPR RI di Senayan,” pungkas Bro Adi. (wid)