Proyek Pantai Indah Kapuk (PIK – 2) sudah jelas untuk kepentingan oligarki.

Denpasar, (Metrobali.com)-

Proyek Pantai Indah Kapuk (PIK – 2) sudah jelas untuk kepentingan oligarki. Di mana pada pemerintahan Jokowidodo, Oligarki diberikan peluang dalam membangun kawasan super elite bagi kelompok etnis tertentu.

Hal itu dikatakan, I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi, anggota MPR RI Utusan Daerah Bali 1999 – 2004. Rabu 18 Desember 2024 di Denpasar, Bali.

Menurutnya, lebih awal kawasan PIK-2 tersebut dijadikan sebagai PSN (Proyek Strategis Nasional) mendapat fasilitas kemudahan atas nama kepentingan negara. Tragis, nama negara “dicatut” penguasa untuk kepentingan oligarki dan “vestet interest” di sekitarnya.

Dikatakan, peringatan sangat keras dari kalangan purnawirawan Banten, untuk proyek PIK – 2 dibatalkan, dengan minta Kapolri mengambil langkah hukum yang tepat, merupakan puncak ketidakpuasan rakyat Banten terhadap kolusi penguasa- pengusaha, penguasa – oligarki di daerah jawara Banten.

Menurutnya, sejarah mengajarkan, kekuasan yang cendrung korup, punya tabiat “tuman”, ketagihan, menjarah alam dan meminggirkan rakyat.

“Setelah kasus penambangan batu bara dan Nikel yang semena-mena terhadap Alam dan juga rakyat, sekarang menular (ngelalah, bhs Bali) memasuki wilayah jawara Banten, dengan “menyerobot” tanah rakyat, atas nama aturan formal yang direkayasa untuk kepentingan oligarki. Ini menjadi mengerikan bagi rakyat yang hidup di negeri KONOHA,” kata I Gde Sudibya.

Menurutnya, soal waktu saja, its a matters of time, akan terjadi di Bali, karena: menurut Perpres tahun 2016, Kawasan Besakih dan Gunung Agung telah ditetapkan sebagai KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) dan telah “didukung” oleh UU Cipta Kerja 2020 yang pro investor dan liberal kapitalistik.

Dikatakan, sikap “milu-milu tuung”, “gabeng”, “nylabatang blakas metali” terhadap investor yang punya potensi merusak alam Bali, dan kebudayaan, yang mungkin ada di kalangan sementara pejabat publik dan “stake holders” industri pariwisata harus segera diakhiri, untuk kita tidak mengalami tekanan yang sama yang sekarang sedang menimpa Banten.

Jurnalis : Sutiawan