Program MBG, Seharusnya Perhatikan Keterbatasan APBN, Pembangunan Seimbang Berkelanjutan
Ilustrasi
Jakarta, (Metrobali.com)
Program makanan bergizi gratis (MBG), seharusnya tetap memprihatinkan keterbatasan APBN, Pembangunan Seimbang dan Berkelanjutan.
Hal itu dikatakan Jro Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi, Minggu 23 Maret 2025 menyikapi kondisi defisit APBN.
Dikatakan, program MBG, yang bermuatan sosialistik pantas didukung, dengan memperhatikan keterbatasan anggaran, keseimbangan berkeadilan dalam politik anggaran, dan pembangunan berkesinambungan.
Namun, dalam kenyataannya, lanjut Jro Gde Sudibya, program MBG diperkirakan memerlukan dana per tahun mencapai Rp.450 T, dengan dana pendidikan sesuai konstitusi, sebesar 20 persen sekitar Rp.600 T, sehingga APBN yang ada tidak cukup mendanai MBG secara penuh.
Menurutnya, MBG sudah tentu tidak bisa mengorbankan anggaran pendidikan yang telah dipatok konstitusi, sehingga pelanggaran terhadapnya, sama dengan melanggar konstitusi, yang punya dampak serius dari sisi politik dan hukum.
Dikatakan, alokasi APBN semestinya fair, berkeadilan. Tidak boleh mengorbankan program pembangunan lainnya, sebut saja program: penciptaan kesempatan kerja produktif, industrialisasi di sektor manufaktur, modernisasi di sektor pertanian, terutama tanaman pangan, untuk program ketahanan pangan. Dan, pengembangan industri IT, termasuk AI yang sudah merupakan keniscayaan dari perubahan.
“Peningkatan kemampuan komparatif dan kemampuan saing sebagai bangsa, merupakan keniscayaan, di antara sesama negara Asean, India, China,” kata dia
Menurutnya, merujuk pemikiran ekonom ternama Inggris John Maynerd Keynes, dalam bukunya “The General Theory, Employment, Interest and Money”, ekonom ternama dengan teorinya menyelamatkan dunia dari krisis parah depresi besar tahun 1930’an. Yang menyatakan, dalam jangka panjang semua kita akan mati, “in the long run we are all be dead”, yang berarti investasi jangka panjang,jangan mengorbankan kepentingan investasi jangka pendek dan menengah.
“Dalam kontes pendanaan ambisius MBG, jangan sampai proyek ini, mengorbankan kepentingan jangka pendek dan menengah, seperti: peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat, penciptaan kesempatan kerja, pengembangan industri manufaktur, pengembangan industri IT, termasuk AI,” katanya.
Ekonom senior Prof.Soemitro (alm) dalam banyak bukunya mengulas panjang lebar, tentang “Balance Growth”, pertumbuhan yang seimbang antar berbagai sektor: primer, sekunder, tertier, untuk menjamin pembangunan berkelanjutan, dampak menetes ke bawah (trickle down effect) yang signifikan, berkeadilan dan berkelanjutan.
Jurnalis : Nyoman Sutiawan