Foto: Ketua Tim Hibah Kurikulum MBKM PBID FKIP Universitas Dwijendra Dr. I Ketut Suar Adnyana, S. S., M.Hum.,(kanan) bersama Kaprodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Dra. Ni Made Suarningsih, M.Si.,dan Kaprodi Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (PPkn) Putu Ronny Angga Mahendra, S.Pd., M.Pd.

Denpasar (Metrobali.com)-

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Dwijendra patut berbangga. Sebab ada dua Program Studi (Prodi) yang mendapatkan hibah pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Dua Prodi ini yakni Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBDI) dan Prodi Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (PPkn).

Ketua Tim Hibah Kurikulum MBKM PBID FKIP Universitas Dwijendra Dr. I Ketut Suar Adnyana, S. S., M.Hum mengatakan, program ini memberikan bantuan stimulus bagi program studi yang ada di perguruan tinggi dengan memberikan suatu dana untuk implementasi kurikulum merdeka belajar kampus merdeka.

“Nah dari Dwijendra mengapresiasi tentang program yang disampaikan brrkaitan dengan implementasi,” kata Suar Adnyana, Selasa (111/2020) didampingi  Kaprodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Dra. Ni Made Suarningsih, M.Si.,dan Kaprodi Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (PPkn) Putu Ronny Angga Mahendra, S.Pd., M.Pd.

Ia menuturkan, dari 10 prodi yang ada di Universitas Dwijendra, ada tiga prodi yang didanai dalam rangka implementasi kurikulum merdeka belajar kampus merdeka. Selain dua program studi di FKIP, jurusan lain yang mendapatkan bantuan ini yakni Prodi Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Komunikasi.

“Kita sangat beryukur mendapatkan bantuan ini. Manfaat bantuan ini sangat-sangat bermanfaat bagi ketiga program studi untuk mengembangkan kurikulum merdeka belajar kampus merdeka,” tutur Suar Adnyana yang juga Wakil Rektor I Universitas Dwijendra.

Suar Adnyana mengungkapkan, inti implementasi dari kurikulum merdeka belajar kampus merdeka yakni memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan sebanyak tiga semester di luar prodi. Mereka bisa memilih pembelajaran dilaksanakan di prodi yang berbeda, perguruan tinggi yang sama atau yang kedua prodi yang sama tetapi di luar perguruan tinggi.

Selain itu, program ini juga memberikan  eksistensi mengajar selama satu sementer. Menurutnya, mahasiswa perlu diberikan eksistensi mengajar karena berkaitan dengan profil atau capaian dari masing-masing prodi itu sendiri.

Capaian belajar inilah yang diimplementasikan dalam kurikulum merdeka belajar kampus merdeka. Mahasiswa diberikan untuk mencari informasi lebih banyak berkaitan dengan kesempatan yang diberikan untuk kuliah ataupun mengasah kemampuan kompetensinya di luar.

Pelaksanaan merdeka belajar kampus merdeka ini nantinya akan diperuntukkan bagi mahasiswa angkatan akademik tahun 2020 dan 2021. Program ini bisa diambil ketika nantinya mahasiswa sudah melaksanakan kuliah mulai semeter lima.

Mereka diperkenankan mengambil program merdeka belajar kampus merdeka mulai semeter lima dikarenakan sebelum itu mereka harus menuntaskan mata kuliah secara keilmuan. “Sehingga begitu dia semester lima, dia sudah mulai mempraktekkan kompetensinya itu di luar program studi,” jelas Suar Adnyana.

Dirinya menuturkan, dalam menjalankan kurikulum merdeka belajar kampus merdeka ini khususnya untuk Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBDI)pihaknya telah melaksanakan kerja sama.

Kerja sama beda prodi dalam satu perguruan tinggi sudah dilaksanakan oleh Prodi Bahasa Indonesia dan Daerah dengan Fakultas Ilmu Komunikasi. Sementara kerja sama dengan kampus lain dilaksanakan dengan UT, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara.

Dalam kaitan kerja samanya dengan Prodi Sistem Informasi STMIK Primakara ini, mahasiswa baik dari Prodi Bahasa Indonesia dan Daerah maupun PPKn akan mempunyai kompetisi tambahan berupa mendesain teknologi pembelajaran.

Karena selama ini mahasiswa sama sekali tidak mendapatkan desain teknologi pembelajaran, hanya menggunakan powerpoint senderhana. “Sebagai kampus IT, STMIK Primakara paham sisi teknologinya, nah di sana mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendalami tentang mendesain teknologi pembelajaran. Ini memang sangat menguntungkan, baik dengan mitra perguruan tinggi dan universitas Dwijendra,” tuturnya.

Ia menuturkan, dalam program merdeka belajar kampus merdeka ini pihak kampus memang dituntut untuk harus memiliki penciri prodi. Dengan begitu, akan ada sesuatu yang ditawarkan kepada kampus lain.

Dalam pelaksanaan merdeka belajar kampus merdeka ini kampus memang telah mencantumkan profil lulusan bagi mahasiswa. Pihkanya di FKIP sudah hampir dipastikan bahwa lulusannya akan menjadi guru.

Nantinya akan ada profil tambahan akan bisa menjadi jurnalis bagi mahasiswa yang memilih jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah. Oleh karena itu, learning outcome-nya mahasiswa yang menempuh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah tidak hanya sebagai guru, tetapi dia juga bisa jurnalis dan peneliti.

Sebelum pihaknya menyusun program merdeka belajar kampus merdeka, pihaknya telah mengawalinya dengan workshop. Workshop tersebut pesertanya berasal dari luar sehingga hak tersebut bisa memberikan citra positif bagi Universitas Dwijendra sehingga dikenal oleh masyarakat luar Bali.

Selain itu, dengan adanya program merdeka belajar kampus merdeka, secara institusi bisa dijadikan kesempatan untuk membangun citra positif, khususnya bagi FKIP. Melalui program ini, pihaknya juga bisa menambah kerja sama, tidak hanya pada MoU-nya saja, tetapi juga harus menerjemahkannya ke dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama (PKS).

“Artinya kalau misalnya di MOU itu masih sangat umum sekali, tetapi di PKS kita bisa menjabarkan untuk penelitiannya apa, pendidikannya seperti apa,” pungkas Suar Adnyana. (dan)