Denpasar (Metrobali.com)-

Menyimak jalannya persidangan dalam kasus korupsi mega proyek Hambalang, dengan terdakwa Nazarudin, Angelina Sondakh yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, mereka masuk penjara, nama Koster sering disebut dalam persidangan, semestinya yang bersangkutan mawas diri dan melakukan koreksi.

Hal itu dikatakan pengamat publik Jro Gde Sudibya, Selasa (28/3/23) terkait dengan kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster 4,5 tahun yang akan berakhir Agustus 2023 ini.

Tampaknya pasca kasus itu, lanjut Jro Gde Sudibya setelah yang bersangkutan menjadi gubernur, kesannya (semoga tidak keliru) tidak terjadi proses mawas diri, tampak sikap yang arogan, merasa paling tahu (termasuk keniskalaan), dan merasa benar sendiri, menafikan (merendahkan) berbagai pihak yang juga tahu dan berbuat banyak untuk Bali dan masa depannya (hanya saja sebagian besar mereka diam).

Dikatakan, dampaknya buat Bali kini terlebih-lebih ke depan, luar biasa dashyat. Bisa disimak uraian berikut. Dampaknya luar biasa untuk Bali, penurunan spiritualitas, segregasi masyarakat, anomali sosial, sebut saja “rusaknya” lembaga adat, budaya dan agama.

Selain itu, lanjut Ketua Forum Penyadaran Dharma, terjadinya kekacauan sistem dan kultur birokrasi, “polusi” di kalangan akademik, rusaknya lingkungan, bertumbuh suburnya prilaku “punyah” dan “memunyah”.

Selanjutnya, beban berat fiscal daerah dari kebijakan alokasi anggaran yang sembrono, fokus ke proyek mercu suar (yang bermasalah), keputusan yang top down, menafikan hasil musrenbang dari pendekatan bottom up, pragmatisme politik yang sangat banal, membagikan dana negara untuk tujuan elektabilitas secara terselubung dan terang-terangan, membuat masyarakat menjadi tergantung “dependent society” pada masyarakat yang akar kulturnya kemandirian.

Plus, potensi kehancuran total equty brand Bali sebagai DTW Dunia akibat surat tidak cerdas (maaf kalau tidak bisa dikatakan dungu dari Koster ke Meneg Pemuda dan Olah Raga) sebagai pemicu awal kontroversi Piala Dunia U20 yang terancam gagal terselenggara di Indonesia.

Dikatakan, brand pariwisata Bali yang dirintis sejak awal kemerdekaan dengan pengorbanan panjang, yang sekarang sangat tercederai.
Sulit membayangkan ekonomi Bali tanpa industri pariwisata, di tengah sektor pertanian yang juga menjadi andalan krama Bali dihadapkan pada krisis iklim yang nyata, produktifitas turun, serangan hama penyakit, biaya produksi naik dengan harga jual produk pertanian yang fluktuatif.

Sementara itu, pengamat politik I Gst Putu Artha mengatakan atas penolakan Timnas Israel main di Bali oleh Wayan Koster (WK), buntutnya panjang. Pengundian dibatalkan. Ketum PSSI takut Indonesia dikucilkan komunitas sepakbola internasional. Apalagi jika hajatan Piala Dunia U-20 gagal di Indonesia.

“Sebuah kecerobohan dari seorang ketua partai lokal yang berbuntut panjang. Wayan Koster (WK) mendomplengi jabatan gubernurnya untuk menyelipkan agenda partainya bersurat ke Menpora. Jika ia gubernur real bersurat, ia pasti tak menolak karena dua sebab. Pertama, gubernur kepanjangan tangan pemerintah pusat dan pusat tak masalah. Kedua, tak ada aspirasi rakyat Bali menolak Israel main di Bali. Malah bisa menghidupkan pariwisata.

Dikatakan, jika dibuat rekapan, ini kecerobohan kesekian yang dilakukannya. Dan kali ini kecerobohannya membuat Indonesia tertampar.

“Saya harap WK tak lelah untuk terus belajar menjadi gubernur yang cakap. Agustus sudah mau selesai. Apa masih terus belajar jadi gubernur?,” harapnya.

 

Oleh : Adi Putra