PKM Nasional Kolaborasi FKD Bali, Rotary Club of Bali Bersinar dan Pusat Studi Undiknas di Lapas Perempuan Kerobokan: Bangun Kemandirian Ekonomi Warga Binaan
Foto: PKM Nasional diiniasi FKD Provinsi Bali digelar di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan.
Badung (Metrobali.com)-
Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Nasional pertama yang digagas oleh Forum Komunikasi Dosen (FKD) Provinsi Bali digelar pada Kamis, 13 Februari 2025 di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, Kabupaten Badung dengan mengusung tema “Kesetaraan Melalui Kemandirian Ekonomi bagi Warga Binaan Lapas Perempuan Kerobokan, Badung, Bali.”
PKM Nasional pertama ini terselenggara berkat kolaborasi antara FKD Provinsi Bali, FKD Provinsi Jawa Barat, FKD Kota Bandung, FKD Kabupaten Bandung Barat dengan Pusat Studi Undiknas, Rotary Club of Bali Bersinar, Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, RCC of Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan dan tim sinergi lainnya.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan membekali warga binaan dengan keterampilan ekonomi yang berkelanjutan. Program ini menjadi langkah awal dalam memperkuat pemberdayaan dan kemandirian ekonomi bagi warga binaan, membuka peluang baru bagi mereka untuk bangkit dan mandiri setelah masa pembinaan berakhir.
Hadir dalam acara ini Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP FKD Indonesia Dr. Itto Turyandi yang juga menjabat sebagai Ketua FKD Kabupaten Bandung Barat bersama para pengurus FKD Jawa Barat, FKD Kota Bandung, dan FKD Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, turut serta Dewan Penasehat FKD Bali sekaligus Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU) Dr. Gung Tini Gorda, Ketua DPW FKD Bali Ni Putu Gatriyani, S.Pd., M.Pd.H, Past President (PP) Rotary Club of Bali Bersinar Ni Luh Suryati selaku perwakilan dari Rotary Club of Bali Bersinar, Kepala Lapas Perempuan Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani dan lainnya.
Dalam kegiatan ini, Rotary Club of Bali Bersinar dan FKD Bali juga menyerahkan bantuan Beras Sehat Bersinar yang merupakan hasil binaan Rotary Club of Bali Bersinar bersama Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Bali kepada para petani di Pulau Dewata sehingga menghasilkan beras sehat.
Agus Putra Mardika, S.E., M. M., selaku Ketua Panitia PKM Nasional pertama ini menjelaskan PKM Kolaborasi ini merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada warga binaan agar meningkatkan keterampilan ekonomi dan kewirausahaan warga binaan. Kemudian memberikan wawasan tentang pentingnya kemandirian ekonomi sebagai upaya untuk mencapai kesetaraan dan membantu warga binaan dalam mengembangkan keterampilan praktis untuk dapat diterapkan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi warga binaan dalam meningkatkan keterampilan ekonomi yang dimiliki. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, kegiatan PKM kolaborasi ini dapat terus dikembangkan agar lebih berkelanjutan.
Ketua DPW FKD Bali, Ni Putu Gatriyani S.Pd., M.Pd.H., mengungkapkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Nasional pertama ini juga bertujuan untuk memperkenalkan Forum Komunikasi Dosen (FKD), yang merupakan organisasi baru berdiri selama dua tahun. Namun, dalam usianya yang masih relatif muda, FKD Bali telah mampu melaksanakan berbagai kegiatan di bawah inisiasi Doktor Gung Tini Gorda selaku Dewan Penasehat FKD Bali yang senantiasa menjalin sinergi kolaborasi dengan berbagai pihak.
Yang lebih membanggakan, FKD Bali menjadi tuan rumah PKM Nasional pertama, sebuah kegiatan berskala nasional yang diselenggarakan di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan. “PKM Nasional ini merupakan peluang bagi para dosen untuk terus berkembang,” kata Gatriyani.
Terlebih lagi, FKD Bali telah menjalin kerja sama melalui MoU dengan Pusat Studi Undiknas (PSU) dan Rotary Club of Bali Bersinar. FKD Bali berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata dan berdampak bagi masyarakat luas.
Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP FKD Indonesia yang juga Ketua FKD Kabupaten Bandung Barat, Dr. Itto Turyandi, menyatakan bahwa output dari kegiatan ini adalah agar para dosen di seluruh Indonesia, khususnya anggota Forum Komunikasi Dosen (FKD), dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM).
Menurutnya, PKM nasional di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan ini memiliki dua output utama. “Pertama, secara akademik, hasilnya harus terpublikasi di SINTA atau jurnal terakreditasi,” ujarnya.
Kedua, outputnya harus memberikan dampak langsung bagi warga binaan, sehingga mereka benar-benar terbebas dari stigma negatif, dapat menjadi warga negara yang baik, dan tidak kembali ke lembaga pemasyarakatan. Hal ini sejalan dengan jargon Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan yaitu “Jangan Kasi Kendor.”
Dewan Penasehat FKD Bali sekaligus Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU) Dr. Gung Tini Gorda menambahkan PKM Nasional pertama ini sengaja digelar di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan dengan tujuan memberikan pendampingan bagi warga binaan agar lebih siap menghadapi kehidupan setelah masa hukuman. Sebagai bagian dari komitmen akademisi dalam pengabdian masyarakat, FKD Bali menggandeng Pusat Studi Undiknas (PSU) serta Rotary Club of Bali Bersinar.
“Program ini dirancang untuk membantu warga binaan perempuan membangun kemandirian ekonomi dan meningkatkan bargaining position mereka saat kembali ke masyarakat,” kata Gung Tini Gorda.
Ini merupakan tugas dari perguruan tinggi swasta, atau negeri yang hadir pada kegiatan tersebut untuk bisa lebih melihat secara dekat bahwa PkM yang dilaksanakan di lapas perempuan adalah PkM yang memang benar-benar menjadi suatu model untuk bisa bagaimana perempuan-perempuan penyintas ini bisa bangkit lagi untuk bisa mandiri dari sisi ekonomi.
Gung Tini Gorda juga mengatakan, tindak lanjut dari program tersebut adalah untuk mensimulasi para dosen yang tergabung di FKD Bali untuk mendukung menyukseskan Program Kelas Perempuan di STIE Satya Dharma Singaraja.
FKD Bali juga berharap PKM nasional tersebut bisa menjadi semacam embrio untuk program kelas perempuan tahap dua, dimana nantinya sebanyak 25 warga binaan betul-betul akan dibina oleh FKD Provinsi Bali untuk bisa mempersiapkan diri untuk tahun ajaran baru. Mereka akan diseleksi lagi untuk menentukan apakah bisa lolos kuliah di perguruan tinggi.
Gung Tini Gorda menegaskan bahwa tidak ada patokan kuota dari Program Kelas Perempuan tahap dua ini. Bagaimana bentuk dari keseriusan dari warga binaan di dalam tahap advokasi dan pendampingan dari FKD Provinsi Bali itulah yang akan menjadi acuan. Pihaknya berharap bukan hanya STIE Satya Dharma Singaraja, tapi perguruan-perguruan tinggi yang hadir pada program PkM Nasional pertama ini juga bisa mengaplikasikannya di daerah masing-masing sehingga ini benar-benar menjadi model pemberdayaan untuk menyetarakan warga binaan, khususnya ketika mereka keluar dari lapas.
Kepala Pusat Kajian Sosial, Komunikasi, dan Budaya Undiknas Dr. Nyoman Sedana turut mengapresiasi kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Nasional pertama yang diinisiasi oleh FKD Bali. Ia berharap tugas para dosen tidak hanya menjadi bagian dari tatanan untuk meningkatkan kualitas warga binaan saat mereka menjalani masa hukuman di Lapas Perempuan Kerobokan, tetapi juga saat mereka bebas, dengan harapan dapat diterima kembali di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, melalui pembekalan dan edukasi, diharapkan para warga binaan siap menghadapi kehidupan mereka setelah bebas. Dengan demikian, mereka yang telah menyelesaikan masa hukumannya dapat terhindar dari tindakan kriminal yang berpotensi mengantarkan mereka kembali ke lapas.
“Kami juga berharap kegiatan PkM ini dapat meningkatkan kualitas hidup warga binaan perempuan,” kata Sedana.
Ni Wayan Suryathi selaku Past President (PP) Rotary Club of Bali Bersinar, menyatakan bahwa kolaborasi antara RC Bali Bersinar dan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan berfokus pada bidang pendidikan. Pada tahun 2024, RC Bali Bersinar telah memberikan kesempatan kepada 11 warga binaan untuk mengikuti perkuliahan di STIE Satya Dharma Singaraja melalui Program Kelas Perempuan.
“Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa akses pendidikan dapat dinikmati oleh siapa saja, termasuk mereka yang sedang menjalani pembinaan di lapas,” katanya.
PP Suryathi kemudian mengajak Forum Komunikasi Dosen (FKD) untuk bersinergi dalam mendukung inisiatif Rotary Club of Bali Bersinar, yang kembali membuka peluang bagi 25 warga binaan untuk diseleksi dalam program Kelas Perempuan tahap kedua. Nantinya setidaknya 14 orang akan berhak menerima beasiswa tersebut.
Oleh karena itu, Rotary Club of Bali Bersinar, khususnya melalui CP Rotary Club of Bali Bersinar Gung Tini Gorda, berupaya menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian yang sama dalam menyediakan pendidikan gratis bagi warga binaan. Selain itu, Rotary Club of Bali Bersinar juga membuka peluang kerja sama dengan FKD di berbagai daerah di Indonesia untuk turut bersinergi dalam program ini.
Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani menyambut positif kegiatan PKM Nasional pertama ini dan secara khusus menyampaikan rasa terima kasih kepada Dewan Penasehat FKD Bali, Dr. Gung Tini Gorda, yang telah banyak memberikan pembinaan kepada warga binaan.
“Hal yang paling kami syukuri adalah Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan menjadi satu-satunya lapas perempuan di Indonesia yang dapat memberikan kesempatan kuliah gratis bagi warga binaan Program Kelas Perempuan di STIE Satya Dharma Singaraja,” ungkapnya.
Pada tahun 2024, sebanyak 11 warga binaan telah menempuh kuliah gratis di STIE Satya Dharma Singaraja atas inisiatif Gung Tini Gorda dan tim sinergi. Sementara itu, pada tahun 2025, telah dicanangkan program Kelas Perempuan tahap kedua, di mana 25 warga binaan akan diseleksi untuk mendapatkan 14 beasiswa pendidikan gratis. Diharapkan semangat yang ditunjukkan oleh Gung Tini Gorda dapat menginspirasi akademisi lainnya untuk turut berkontribusi.
Di sisi lain para warga binaan mendapatkan bekal dan semakin terbuka mindsetnya untuk berwirausaha atau membuka usaha melalui materi yang disampaikan para narasumber.
Dr. Gunardi selalu Ketua Bidang Riset DPP FKD Indonesia yang juga Ketua Bidang Riset FKD Jawa Barat menekankan peran warga binaan yang menjalankan usaha dari lapas maupun ketika mereka sudah keluar dari lapas dan menjalankan usaha maka mereka sudah berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebagai bagian dari makro ekonomi.
Pihaknya mendorong warga binaan untuk terus mengeksplorasi kemampuan dirinya dan menangkap peluang di sektor ekonomi kreatif. “Kuncinya adalah berpikir kreatif dan out of the box,” pesannya.
Ramayani Yusuf dari FKD Kota Bandung mengajak para warga binaan untuk melawan stigma negatif masyarakat dengan karya, berpikir kreatif dan out of the box. “Warga binaan jangan hanya terjebak pada mindset bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari lapas tetapi harus berpikir sebaliknya bagaiamana bisa berusaha sendiri dan membangun bisnis serta bisa mempekerjakan orang lain,” ujarnya.
Dosen Politeknik Pajajaran Insan Cinta Bangsa itu mengajak warga binaan bangkit untuk bisa lebih mandiri dengan memiliki lebih banyak keterampilan dan tidak terlalu tergantung dengan orang luar di luar sana. Sebab saat warga binaan keluar dari lapas dunia juga sudah berubah.
Narasumber berikutnya Sekjen FKD Jawa Barat Prof. Dr. Rini Susilowati menekankan bahwa jalan menuju sukses adalah tantangan yang penuh alternatif dan kreativitas. Dosen Universitas Islam Nusantara Bandung itu lantasa mengapresiasi kreativitas warga binaan yang membuat berbagai produk salah satu kuliner kripik tempe yang sudah menjadi produk halal dengan legalitas lengkap.
Rini Susilowati lantas berpesan bahwa membuka usaha sendiri dan menjadi sukses tidak membutuhkan ijazah pendidikan tinggi ataupun latar belakang mentereng. Yang dibutuhkan hanya kemauan kuat di awal dan semangat berjuang menuju sukses.
Narasumber terakhir Pengurus FKD Bali Dr. Bagus Arya Kusuma yang juga dosen Universitas Tabanan membuka mindset warga binaan tentang kewirausahaan agar bisa mereka bisa lebih berpandangan positif terhadap hidup.
Mindset kewirausahaan diantaranya berpikir positif, proaktif, fokus pada solusi bukan pada hambatan dan keberanian untuk memulai. Warga binaan diajak berani mengambil peluang untuk berusaha membangun bisnis karena peluang tidak akan datang dua kali.
FKD Bali bersama tim sinergi telah menunjukkan kepedulian dan aksi nyata melalui PKM Nasional ini untuk memberdayakan dan membangun kemandirian ekonomi warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan. Kini warga binaan bersiap menyongsong masa depan lebih cerah menjadi wirausaha, menginspirasi dan bermanfaat untuk sesama. (wid)