MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Pihak yang ingin ganti Pancasila, tidak paham sejarah

Sejarawan Anhar Gonggong/dok

 

Jakarta (Metrobali.com)-
Sejarawan Anhar Gonggong mengatakan pihak-pihak yang menentang Pancasila dan ingin mengganti ideologi negara tidak paham sejarah bangsa.

“Kalau ada orang yang mau mengganti Pancasila maka sejatinya orang tersebut tidak mengerti kenyataan sosiologis dan antropologis bangsa Indonesia ini,” kata Anhar di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan Pancasila adalah pengikat bagi negara bangsa bernama Indonesia yang didirikan oleh bermacam-macam suku dengan latar belakang budaya, bahasa, dan agama yang berbeda.

“Harus diingat bahwa semua suku bangsa ini dulu sebenarnya adalah negara. Paling tidak ada 30-an kerajaan yang dianggap besar, bahkan dihitung yang kecil-kecil bisa sampai 500-an. Itulah yang menjadi Indonesia,” katanya.

Dengan kondisi yang heterogen, majemuk, dan pluralistik tidak mungkin bisa bersatu dalam satu negara apabila tidak ada alat untuk mengikat, ujar pengajar di Lemhannas RI ini.

“Kalau tidak ada pengikatnya ya bisa bubar. Karena ada pengikat yang namanya Pancasila maka kita sampai sekarang alhamdulillah tetap bisa bersatu. Posisi pentingnya Pancasila ya di situ,” kata Anhar.

Ia lantas mencontohkan beberapa bangsa yang tidak bisa bersatu dalam satu negara, di antaranya Korea, China, Arab.

Lagipula, lanjut Anhar, Pancasila adalah dasar negara yang dirumuskan oleh dua kekuatan besar bangsa ini, yakni kekuatan nasionalis dan agama.

“Jadi, kalau ada orang Islam yang mengatakan Pancasila bukan milik dia maka dia nggak ngerti perjalanannya. Nah, ini yang harus dipahami orang,” ujarnya.

Ia pun berharap nilai-nilai Pancasila terus ditanamkan, dipelihara, serta diamalkan demi keutuhan negara. Tidak selayaknya tujuan jangka pendek, misalnya pemilu, justru merusak cita-cita pendirian bangsa ini.

“Jadi, saya mengimbau kepada masyarakat dan kepada rakyat golongan apa pun anda, dari partai apa pun anda, mari kita mencapai tujuan kita tanpa harus bertengkar dan tanpa harus berkelahi. Itu yang namanya demokrasi. Mari kita jalani aturan yang disepakati bersama,” katanya.

Sumber : Antara