Keterangan foto: Gubernur dan Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023, Dr. I Wayan Koster dan Dr. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati usai sidang paripurna acara serah terima jabatan (sertijab) di DPRD Bali, Sabtu (8/9/2018).

Denpasar (Metrobali.com)-

Ada sejumlah hal menarik disampaikan  Gubernur Bali periode 2018-2023, Dr. I Wayan Koster dalam pidato resmi pertamanya pada sidang paripurna saat acara serah terima jabatan (sertijab) di DPRD Bali, Sabtu (8/9/2018). Yakni dari membaca bhisama lontar tentang kutukan akibat merusak lingkungan hingga mengajak para perbekel dan bendesa adat se-Bali “ngelawar bareng.”

Dalam pidatonya, Koster memaparkan berbagai program pembangunan Bali di segala aspek. Meliputi bidang pendidikan, ekonomi, pariwisata, ketenagakerjaan, pembangunan infrastruktur, pertanian, pelestarian lingkungan, pelestarian seni adat budaya, agama, kesejahteraan sosial serta aspek lainnya.

Khusus terkait dengan pelestarian lingkungan, menurut Koster ada wejangan leluhur agar kita menjaga alam. Kita perlu menjaga kelestarian lingkungan hidup untuk menjaga kelangsungan hidup.

“Manusia adalah alam itu sendiri. Manusia harus seirama dengan alam. Urip yang menguripi. Hidup yang menghidupi. Hidup harus menghormati dan mengasihi alam. Sebab alam ibarat orang tua,” kata Koster.

Koster bahkan hingga mengutip dan membaca wejangan bhisama dalam lontar Batur Kalasan dalam bahasa Bali Kuno. Intinya kata Koster menerjemahkan “Ingatkan pesanku. Wahai anak-anakku sekalian. Di kemudian hari jaga kelestarian gunung dan laut. Gunung sumber kesucian. Laut tempat menghilangkan kekotoran. Di tengah dataran melaksanakan kegiatan kehidupan.”

“Hiduplah dari hasil tanganmu sendiri. Jangan sekali-sekali hidup senang dari merusak alam. Kalau tidak mematuhi kamu terkena kutuk. Tidak akan menemukan keselamatan, kekurangan bahan makanan  dan minuman, terkena berbagai macam penyakit dan bertengkar sesama saudara,” kata Koster melanjutkan terjemahan lontar tersebut.

Koster lantas mengajak semua pihak mencerna dan memaknai isi bhisma tersebut sehingga tidak ada tindakan merusak alam Bali dengan dalih apapun.  “Pesan leluhur ini kami jadikan sebagai satu tatanan untuk membangun Bagun Bali dan mewujudkan era baru Bali dengan tatanan kehidupan yang holistik,” tegas Koster.

Usai pidato dalam sidang paripurna, Koster langsung menemui  perbekel dan bendesa adat se-Bali yang hadir menyaksikan sertijab ini dari layar besar yang dipasang di halaman kantor DPRD Bali.

Koster menyapa mereka lantas kembali berpidato. Koster juga mengajak seluruh perbekel dan bendesa adat se-Bali untuk bergandengan tangan mewujudkan pembangunan Bali yang lebih baik.

“Saya akan rutin membuat pertemuan dengan perbekel dan bendesa adat. Sambil nanti kita ngelawar bareng. Kalau ke Karangasem kita akan megibung bareng,” kata Koster yang langsung disambut tepuk tangan para perbekel dan bendesa adat se-Bali yang hadir dalam acara sertijab ini.

Pewarta : Widana Daud

Editor   : Whraspati Radha