Anda pernah ke Terunyan? Tempat wisata unik di Bali, di mana orang yang meninggal di desa itu tidak dikuburkan, diaben seperti kebanyakan masyarakat Hindu Bali, melainkan ditaruh di bawah pohon besar. Ya, itulah keunikan kampung Terunyan yang berada di Desa Terunyan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali.

Untuk menjangkau Desa Terunyan, kita bisa menempuhnya melalui jalur darat. Tapi jalur yang dilalui memacu adrenalin kita. Jalan hanya selebar mobil kita, di samping kanan tebing Gunung Batur, di bagian kiri jalan jurang Danau Batur. Sudah pasti jalan berkelok tajam dan turun naik dengan ketinggian yang curam. Anda harus berhati-hati dan perhatikan kondisi mobil.

Tetapi, untuk menjangkau kuburan Desa Terunyan, Anda harus menggunakan transportasi danau. Jika dari dermaga di depan Desa Terunyan, kita bisa menempunya selama 15 menit. Biayanya, jika kita menggunakan Kapal Boat sebesar Rp480 ribu dan Rp360 ribu untuk perahu dayung. Tapi jika dari Desa Terunyan, jarak tempuh hanya membutuhkan waktu 7 menit untuk sampai di kuburan. Biayanya Rp380 ribu untuk Kapal Boat dan Rp260 ribu untuk perahu dayung.

Kepala Desa Terunyan, Ketut Sutapa (42) menjelaskan, mayat di pekuburan Desa Terunyan mayatnya tidak dikubur, tetapi tidak bau. Di sana, mayat ditaruh di atas gundukan tanah dengan panjang sesuai ukuran tubuh yang meninggal. Di sisinya dibuatkan selokan atau lobang supaya mayat tidak tergerus oleh air,” kata Sutapa di sela peresmian desa terang hemat energi yang digelar Philips.

Sutapa menjelaskan, ada tiga jenis mayat yang disemayamkan di sana; orang yang dianggap suci, meninggal karena sakit dan sudah berkeluarga. Kendati begitu, anak-anak juga dibuatkan pekuburan khusus.

Sementara itu, kini warga Desa Terunyan sedikit berbahagia. Pasalnya, kini desa mereka yang diapit pegunungan dan melingkari danau kini semakin terang dengan penetrasi lampu Philips ke desa tersebut. “Ada ratusan lampu yang dipasang Philips di sepanjang jalan Desa Terunyan. Sebelumnya tidak ada penerangan di jalan itu,” kata Sutapa.

Marketing Manajer Philips Indonesia, Andika menjelaskan, hal itu dilakukan perusahaannya sebagai wujud tindakan sosial Philips. “Ini bentuk kepedulian sosial kami melalui program CSR. Desa Terunyan adalah desa kedua di Bali setelah satu desa di Karangasem,” papar Andika.

Ia mengatakan, dipilihnya Desa Terunyan karena dari aspek ekonomi masih sangat rendah meski berbasis pariwisata. “Oleh karena itu kami berharap terjadi penghematan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Terunyan hingga 80 persen. Kami akan mengukurnya tiap 3 bulan sekali melalui tagihan listrik sebelum dan sesudah pemakaian lampu Philips,” terang Andika. Menurut Andika, tahun ini Philips membuat program desa terang di Terunyan.

Prosentase penghematan jika menggunakan lampu Philips jika dibandingkan menggunakan lampu pijar bisa mencapai 80 persen. “Dari hasil survei kami, paling sedikit 30 persen,” katanya.

Sementara itu, Distributor Manajer Philips Bali, Sahrul Aripin menjelaskan, hingga kini Philips memiliki 53 ribu outlet di seluruh Indonesia. “Di bali ada 2 ribu outlet. Dari sisi permintaan lampu, grow-nya cukup tinggi. Kebutuhannya sangat tinggi,” kata Sahrul.
BOB-MB