Klungkung ( Metrobali.com )
Pelatihan pemasaran dan manajeman hasil pengolahan rumput laut sebenarnya kelanjutan dari pelatihan pengolahan rumput laut yang dilakukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI Yogyakarta. Para petani rumput laut ini, selain diberi pembekalan teknologi, mereka juga dilatih pemasaran dan pengemasan rumput laut.

Pelatihan kali ini memberikan kesempatan para ibu ibu panen rumput. Pelatihan dilakukan di banjar Caningan Kangin, tepatnya di sekretariat Kelompok Nelayan Ceningan Kangin. Antuias ibu ibu cukup bagus. Mereka rata rata penasaran dengan cara pemasaran produk rumput laut yang sempat mereka latih.

Sebelum dilakukan pelatihan pemasaran dan pengemasan rumput laut, mereka juga diajak mengevaluasi hasil pelatihan produk yang dilakukan tiga bulan lalu. Saat itu ibu ibu nelayan ini diuji dan ditanya kembali soal produk yang pernah dilatih kepada mereka. Dan ternyata ibu ibu tersebut sudah sempat membuat kerajinan krupuk dari rumput laut.

Menurut salah satu peserta Nyoman Muriani 40 yang juga istri dari Kadus Ceningan Kangin mengakui kalau kelompoknya yakni Segara Putri sempat mencoba krupuk rumput laut sebanyak dua kali. Pada percobaan pertama dengan menggunakan rumput laut sisa yang di berikan tim pelatihan dari LIPI. Saat itu diakuinya hasilnya sangat bagus persis seperti saat pelatihan dulu. Namun ketika dicoba dengan rumput laut asli Nusa Ceningan ternyata hasilnya tidak sebagus yang diharapkan. Saat itu mereka mencoba jenis rumput laut Spynosum. “Ketika membuka bungkusanya hasilnya lengket,” ujarnya.

Oleh tim akhirnya di temukan kalau penyebab dari kelengketan tersebut karena kebanyakan air. Dan mereka pun mengakui kalau sengaja memberikan air lebih banyak dari dosis biasanya karena rumput laut yang mereka pakai lebih keras. Ternyata itu tidak boleh dilakukan. Soal campuran air juga tetap harus pas sehingga hasilnya bagus.

Sementara untuk Jeli, dodol dan Permen ternyata belum pernah dicoba. Mereka mengeluhkan soal bahan bakunya seperti Glukosa yang sulit di dapat Nusa Ceningan. Selaian itu beberapa pewarma juga sulit di cari. Untuk Bakso, akhirnya pihak ibu ibu kembali akan mencobanya pada hari Selasa. Dan bakso tersebut nanti akan dievaluasi pada pertemuan kedua hari ini. “Ya Bakso jadi PR buat ibu ibu untuk kita kerjakan besok,” ujar Kepala UPT LIPI Yogyakata Hardi Julendra yang kali ini langsung datang memimpin tim dari LIPI.

Menurut Satrio ada empat hal yang perlu ada dalam bisnis. Diantaranya adalah teknologi, SDM, Pasar, Modal dan Manajeman. Teknologi sendiri sudah diberikan melalui pelatihan tiga bulan lalu dengan memberikan pelatihan pengolahan. Sementara SDM sendiri juga sudah ada, bahkan ada kelompok kerajinan. Pasar sendiri juga dinilai cukup bagus.

Menurut Satrio salah satu pasar potensial adalah wisatawan mancanegara yang cukup banyak di Lembongan dan Ceningan. “Selama ini wisman tersebut hanya membawa oleh oleh foto, kedepanya bisa membawa tambahan berupa oleh oleh olahan dari rumput laut,” ujarnya.

Sementara untuk modal menurutnya bisa dilakukan dari kelompok. Selain itu juga diperlukan manajeman. Hal inilah yang diberikan dalam pelatihan tahap kedua kali ini. Yang terpenting menurutnya adalah ada niat.

Untuk urusan manajeman tim juga sempat mengajak para perajin untuk bermimpi usahanya tersebut bisa menjadi besar. Untuk itu menurutnya diperlukan berbagai persiapan. Diantaranya dari tahap yang terkecil seperti Tanda Daftar Industri (TDI), HO (ijin gangguan) dan Surat Ijin Usaha (SIUP). Tiga ijin ini dikeluarkan oleh UPT Perijinan atau Perdagangan.

Selaian itu kalau usahanya sudah sekala besar juga membutuhkan PIRT (Pangan Industri rumah Tangga), Makanan Domestik dari PB POM serta yang paling pemungkas adalah sertifikasi Halal. Hanya saja untuk tahap awal yang diperlukan adalah PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). “Kalau hanya untuk dijual sebagai oleh olah lokalan cukup PIRT saja,” ujarnya.

Selaian soal manajeman mereka juga diberikan soal pembukuan singkat dan sederhana yang diberikan oleh Safitri Widodo yang juga seorang peneliti dari LIPI. Diantaranya para ibu ibu juga dilatihan untuk menentukan harga pokok.

Para pelatih sebanyak 6 orang diantaranya adalah Hardi Julendra (Kepala UPT), Satrio Krido Wahono (Peneliti), Safitri Widodo (peneliti) Endah Kawuryan (administrasi), Sri Endartini (instruktur) dan Wahyu Anggo Rizal. SUS-MB