Foto: Suasana pariwisata Legian, Kuta, Kabupaten Badung.

Legian (Metrobali.com)-

Langit malam di Legian, Kuta, Kabupaten Badung, semestinya gemerlap oleh cahaya sorotan kafe yang ramai dan tawa riang wisatawan yang menikmati indahnya liburan di Pulau Dewata Bali. Namun, sayangnya, belakangan ini, gemerlap itu semakin redup oleh bayangan gelap aksi kriminalitas yang meresahkan dan setiap saat mengintip siap menerkam mangsanya.

Setiap malam, seperti kisah dari film noir (gaya film Hollywood yang menampilkan drama-drama kriminal), keriuhan pariwisata Legian kini ibarat panggung gemerlap bagi penjahat dan kriminal kambuhan yang merampas keamanan, kenyaman dan ketenangan. Wisatawan asing, yang seharusnya menikmati pesona Bali, kini harus berjalan-jalan dengan rasa was-was, takut menjadi korban penjambretan atau mungkin terperangkap dalam jaringan PSK (Pekerja Seks Komersial) yang semakin berani beraksi di jalanan.

Sorot mata yang gelisah dari para pengusaha lokal kini tak bisa disembunyikan. Diselumuti kecemasan, mereka membayangkan akan hilangnya pamor Legian sebagai kawasan destinasi pariwisata yang menjanjikan rasa aman dan nyaman serta kesenangan yang tak tergantikan. Tempat-tempat hiburan yang dulu ramai terancam hanya menyisakan kehampaan, ditutup oleh ketakutan akan keamanan yang tak lagi terjamin.

“Pemerintah ataupun aparat keamanan harus cepat mengambil tindakan tegas terhadap pelaku kriminalitas. Dampaknya kawasan Legian tidak lagi seramai dahulu bahkan banyak tempat hiburan dan kafe beberapa waktu lalu menyatakan tutup,” kata salah satu pengusaha lokal yang tidak mau disebutkan namanya saat ditemui Rabu 17 April 2024.

Dengan penuh keresahan dan kegundahannya yang tak bisa disembunyikan tentang nasib pariwisata Legian ke depan, dia mendorong pemerintah dan aparat keamanan harus segera bergerak, menghadapi para pelaku kriminalitas dengan tegas. Legian, sebagai ikon keindahan pariwisata, tidak boleh lagi dibiarkan menjadi arena bagi penjahat yang haus mangsa.

Namun, tak hanya tanggung jawab pemerintah dan aparat keamanan. Dibutuhkan kerja sama dari setiap individu, setiap pihak yang peduli akan keamanan Legian. Tanpa bantuan semua pihak, bahkan cahaya dari seribu lampu sorot pun tak akan mampu mengusir gelapnya ancaman kriminalitas.

Sasaran empuk para penjahat seringkali adalah para wisatawan yang berjalan melewati Monumen Peringatan Bom Bali 1. Diharapkan pemerintah perlu bertindak lebih bijaksana, dengan merancang penataan kawasan yang lebih terstruktur, melibatkan semua pemangku kepentingan. CCTV yang lebih banyak harus dipasang, mata yang waspada harus terus mengawasi setiap gerak.

“Mestinya ada penataan kawasan yang lebih holistik dari para stakeholder agar kawasan ini aman dan kamera pemantau (CCTV) mesti ditambah,” terang sumber tersebut yang menaruh harapan besar segera ada aksi nyata pemerintah melakukan perbaikan.

 

Selain itu, diharapkan pula aparat desa dan polisi pamong praja harus berjalan bersama, lebih proaktif dalam menjalankan tugas patroli keamanan. Ini bukan hanya masalah keamanan, tapi juga tentang mempertahankan identitas, harga diri, dan citra Legian sebagai tujuan wisata elite dan premium.

“Jangan biarkan bayangan gelap dan ancaman kriminalitas mengusik pesona Legian. Bersama-sama, kita dapat menjaga keamanan dan keindahan yang membuat Legian menjadi surga bagi para pelancong dari seluruh dunia,” pungkas sumber tersebut. (wid)