Perundingan Suriah di Astana pada 23 Januari

Staffan de Mistura. (un.org)
Jenewa (Metrobali.com)-
Perundingan perdamaian Suriah yang akan menempatkan Rusia dan Turki sebagai perantara di ibu kota negara Kazakhstan, Astana, dijadwalkan berlangsung pada 23 Januari 2016, kata Utusan Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Suriah, Staffan de Mistura.

“Pertemuan Astana merupakan kesempatan penting, dan karena itu baik China maupun PBB mendukung prakarsa ini. Kami berharap pembicaraan di Astana akan memperteguh penghentian permusuhan,” katanya kepada Xinhua, Jumat (6/1).

Ia menimpali, “Apa yang diminta rakyat Suriah saat ini adalah penghentian pertempuran. Jadi, jika pembicaraan tentang ini dilangsungkan pada 23 Januari di Astana, serta gencatan senjata diperteguh, tidak buyar seperti yang terjadi beberapa kali, maka pertemuan itu merupakan momen penting.”

Mistura juga mengatakan harapannya bahwa perundingan Astana akan membuka jalan menuju pembahasan politik, yang diperantarai PBB pada 8 Februari 2017 di Jenewa berdasarkan resolusi 2254 Dewan Keamanan PBB.

“Pertemuan Astana penting untuk menyiapkan dukungan dan membantu pembicaraan yang akan kami gelar di Jenewa,” ujarnya menambahkan.

Perundingan perdamaian yang melibatkan delegasi pemerintah dan pasukan keamanan Suriah, yang ingin menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, telah digulirkan sejak April 2016 di tengah kekerasan berlarut-larut serta krisis kemanusiaan yang meluas.

Kesepakatan gencatan senjata yang diterapkan mulai 30 Desember 2016 serta rencana penyelenggaran perundingan perdamaian, mendapat dukungan penuh dari Dewan Keamanan PBB pada 31 Desember 2016. Ant