New Delhi, India (Metrobali.com)-

 

PT Pertamina (Persero) menyebut bahwa efisiensi energi dalam rangka menurunkan emisi sebagai no regret initiative.

“Energi efisiensi ini sebuah inisiatif yang kami sebut sebagai no regret initiative. Jadi, inisiatif yang kami tidak mungkin kami sesali, karena apa? karena memang dia mengurangi cost. Jadi, energi efisiensi adalah no regret initiative, sesuatu yang harus dilakukan dan ini juga akan mengurangi cost kami di Pertamina Group,” kata Senior Vice President of Research Technology and Innovation Pertamina Oki Muraza memberikan keterangan pers usai menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk “Ensuring Renewable Energy Transition” pada 18th Sustainability Summit yang merupakan rangkaian dari kegiatan B20 Summit 2023 di New Delhi, India, Selasa.

Upaya efisiensi tersebut dilakukan dalam upaya mendukung pemerintah untuk mencapai target net zero emission (NZE) 2060. Pertamina juga telah menyusun peta jalan melalui dua jalan, yaitu dekarbonisasi dari bisnis eksisting dan pengembangan bisnis baru.

Pada 2023, Pertamina menargetkan reduksi emisi sebanyak 910.519 ton CO2e. Efisiensi energi merupakan salah satu inisiatif yang diambil untuk mendukung target dekarbonisasi bisnis eksisting.

Adapun, beberapa inisiatif yang dilakukan, di antaranya efisiensi penggunaan fuel gas dengan optimasi pengoperasian gas turbin dan pengurangan penggunaan fuel gas sebesar 6 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dari sebelumnya 40 MMSCFD menjadi 34 MMSCFD.

Kemudian, optimalisasi pemanfaatan gas suar untuk bahan bakar turbin pada dua fasilitas, yakni Petani GP/GS dan Pematang GS.

Berikutnya, pengurangan gas suar dengan pemasangan mini gas kompresor dan perubahan flow gas LP di Stasiun Pengumpul Bambu Besar (SP BBS) Field Subang.

Pertamina mencatat ketiga inisiatif tersebut sampai dengan Juli 2023 mampu menurunkan emisi 110.000 ton CO2e.

Selain itu, Pertamina juga menyebut banyak program-program efisiensi energi lainnya yang dilakukan seperti fleet electrification, green power generation, dan lain-lain.

Ia mencontohkan dalam mengembangkan energi panas bumi atau geothermal terdapat energi panas yang masih terbuang dan nantinya masih dapat dimanfaatkan lagi.

“Sebagai contoh, kami di-geothermal itu ada panas-panas yang masih terbuang kami menyebutnya waste heat stream, yang kami pakai lagi untuk menghasilkan energi. Misalnya, di Sulawesi Utara di (Wilayah Kerja) Lahendong dari installed capacity kami dapat 120 megawatt. Kemudian dari site stream-nya masih ada lagi energi yang bisa kami dapatkan energi dari situ kami dapat, misalnya 45 megawatt,” kata Oki.

Menurut dia, inisiatif tersebut yang diperlukan untuk mendukung efisiensi energi. “Kami menggunakan stream-stream yang masih mengandung energi dan kami jadikan lagi energi seperti di Lahendong,” ujar Oki.

 

 

Sumber : Antaranews.com