Perlu Kebijakan Ekstra Hati-hati, Menjadikan Desa Julah Sebagai DTW Wisata
Suasana salah satu sudut Desa Julah yang masih asri
Denpasar, (Metrobali.com)-
Perlu dilakukan kajian dan kebijakan Ekstra Hati-hati, Menjadikan Desa Julah Sebagai DTW Wisata. Sebab, jika tidak hati hati maka potensi alam dan tradisi desa Julah akan rusak.
Hal itu dikatakan Jro Gde Sudibya, pembelajar warisan budaya yang ditinggalkan Raja Bali Cri Aji Jayapangus, Kamis 5 November 2024.
Dikatakan, Desa Julah, Desa “kombinasi” Bukit dan Laut, Desa “terakhir” yang mampu bertahan secara relatif utuh, menjaga tradisi yang diwariskan oleh raja besar Bali Cri Aji Jayapangus.
“Sebut saja untuk sederhananya, tetap ajeg melestarikan Agama Alam, mentransformasi Alam sebagai realitas rokhani, memberikan inspirasi dan spirit bagi kesucian Alam Raya. Tradisi yang nyaris “punah” di Bali Dwipa. Tradisi , yang walaupun selalu “ramai” di tingkat wacana, tetapi secara de facto ramai-ramai ditinggalkan,” katanya.
Menurutnya, jika kapitalisme pariwisata telah berlangsung selama 50 tahun, terutama di Selatan Bali, dengan “hiruk pikuk”nya dan “luka” sosialnya, semestinya krama Den Bukit yang dikenal cerdas, tidak “milu-milu tuwung” mengalami derita dan “luka” sosial dari “keberingasan” industri pariwisata.
“Bagi krama Julah, tetaplah hidup bersahaja, karena banyak orang Bali kini, hidup gagap dan “kelimpungan” dari kekayaan pariwisata, tetapi jiwanya miskin, nyaris kehilangan pegangan,” katanya.
Dikatakan, di bawah sadarnya, sebetulnya mereka iri dengan semeton Julah yang “pageh” merawat tradisi.
Dikatakan, materialisme, individualisme, kapitalisme telah begitu banyak memakan “korban” dari perspektif: peradaban, budaya berbasis spiritualitas.
“Jangan sampai warga: Julah, Den Bukit, dan Bali (yang tersisa) menunggu “antrean” menjadi “korban” berikutnya,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, desa Julah Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, salah satu desa tertua di Bali, kembali menjadi sorotan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng, Selasa (3/12), di ruang pertemuan Kantor Desa Julah.
Pada FGD yang dipimpin Kepala Dispar Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara, menghasilkan sejumlah strategi baru untuk mengembangkan potensi desa sebagai destinasi wisata unggulan.
Kadis Pariwisata Buleleng Dody mengungkapkan bahwa Desa Julah disebut memiliki berbagai potensi wisata yang luar biasa. Kekayaan budaya seperti seni tari tradisional, kerajinan lokal, dan ritual adat menjadi daya tarik utama.
Selain itu, panorama alam berupa persawahan hijau, pegunungan asri, serta lanskap pedesaan yang tenang menawarkan pengalaman wisata alam yang autentik. Sebagai salah satu desa tertua, nilai sejarah Desa Julah juga menyimpan cerita unik yang dapat menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. (Sutiawan)