Denpasar (Metrobali.com)-
Ada hal yang menarik  dalam ajang Denpasar Festival  V  tahun 2013 ini, yakni memperkenalkan Sejarah Kota Denpasar melalui kegiatan Jelajah Pusaka. Kota Denpasar yang kini berkembang sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, perekonomian dan pariwisata tidak terlepas dari sejarah yang mengiringi hingga terbentuknya Pemerintahan Kota Denpasar. Untuk memperkenalkan sejarah Kota Denpasar ini Walikota Denpasar IB. Rai Dharmawijaya Mantra meluncurkan ide dan gagasan cemerlang melalui kegiatan Jelajah Pusaka. Hal ini disampaikan Kadis Kebudayaan Kota denpasar Drs. Made Mudra ketika melepas peserta perdana Jelajag Pusaka, Sabtu (29/12) di Puri Pemecutan Denpasar.
Dikatakan dalam Ajang Denpasar Festival (Denfes) V  tahun ini yang dirancang sebagai ranah bertabur kreasi, selain menggugah seluruh warga untuk terlibat dalam menjaga kota sebagai rumah sendiri melalui ‘tagline’ Kreta Angga Wihita (Kotaku Rumaku), juga menyisipkan sebuah spirit menuju kebangkitan Denpasar sebagai kota sejarah.
Untuk memperkenalkan spirit Denpasar sebagai kota sejarah, dalam hajatan akbar Denpasar Festival V dilakukan Jelajah Pusaka mulai tanggal 29 hingga  31 Desember mendatang, Pemkot Denpasar menyelipkan satu agenda yang tergolong baru sejak event ini digelar lima tahun lalu, yaitu Jelajah Pusaka. “Jelajah Pusaka kita harapkan menjadi moment bersejarah bagi warga Kota Denpasar mengawali kebangkitan Denpasar sebagai kota sejarah,” ungkap Made Mudra, yang didampingi Kasubbag Pemberitaan Humas Pemkot Denpasar, I Dewa Gede Rai, S.Sos., M. Si.
Diangkatnya Jelajah Pusaka sebagai salah satu agenda terkait kebangkitan Kota Denpasar sebagai kota sejarah dan kota pusaka dengan membangkitkan spirit kota sejarah, terkait erat dengan kelahiran Kota Denpasar setelah melalui penelusuran sejarah oleh tim peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Udayana yang menyepakati Kota Denpasar sudah ada pada tahun 1788 masehi. Itu artinya, pada tahun 2013 saat HUT Kota Denpasar tanggal 27 Pebruari nanti, Kota Denpasar telah berumur 225 tahun.
Pusaka budaya yang saat ini menjadi ikon Kota Denpasar adalah kawasan heritage yang terbentang dari Puri Agung Pemecutan hingga Puri Agung Satria. Hasil zoning digital yang telah dilakukan oleh Kader Pelestari Budaya kata Mudra, berhasil membuktikan bahwa kawasan tersebut membentuk garis dengan formasi huruf  “Z”.  Sebagai penguatan eksistensi Denpasar sebagai kota sejarah, Pemkot Denpasar pun telah berbenah melakukan penataan kawasan kurve “Z” dari Puri Pemecutan hingga Puri Satrya yang melintasi jalan Gajah Mada, dengan membangun Patung Ida Cokorda Pemecutun di simpang tiga Jalan Thamrin dan Patung Ida Cokorda Mantuk Ring Rana di simpang empat Jalan  Veteran.
“Kita harapkan melalui Jelajah Pusaka ini akan menjadi identitas baru bagi Kota Denpasar. Terlebih setelah ditetapkan hari jadi Kota Denpasar  yang berdiri tahun 1788 setelah melalui penelusuran dan kajian Historis secara mendalam. Melalui moment ini juga kita harapkan masyarakat Kota Denpasar mengetahui sejarah Kotanya,” tandas Mudra.
Dengan dibangun dua patung sejarah tersebut dan penataan Jalan Gajah Mada lebih mempertajam identitas diri sebagai kota sejarah. Untuk itu Denfes kali ini lebih banyak memberikan ruang kreativitas pada anak-anak. Disamping juga dalam program Jelajah Pusaka ini, anak-anak akan diajak menyusuri tempat-tempat bersejarah mulai dari patung Cokorda Pemecutan depan Puri Pemecutan, jalan Thamrin, jalan Gajah Mada  sampai Patung Cokorda Mantuk Ring Rana di Jalan Veteran. “Saat ini Pemkot berupaya lebih memperkenalkan jelajah pusaka pada masyarakat dan anak-anak, sehingga mereka mengetahui sejarah berdirinya Kota Denpasar,” imbuhnya.
Sementara Penglingsir Puri Pemecutan Ida Cokorda Pemecutan XI mengaku salut atas ide dan gagasan Walikota Denpasar yang dinilainya sangat cerdas dan cemerlan dalam mengangkat sejarah Kota Denpasar. “Walaupun beliau masih muda tapi gagasan dan idenya sangat cemerlang. Kepemimpinan model inilah yang diperlukan dimana tidak saja punya pikiran yang modern tetapi juga tidak melupakan sejarah, karena dari sejarahlah kita bisa bercermin,” kata Ida Cokorda, sembari menambahkan bahwa Puri Pemecutan sangat terbuka dan menjadi milik masyarakat. DEWA-MB