Peringati Hari Bumi, 73 Penyelam Bersihkan Sampah di Pantai Semawang
Acara Bersihkan Sampah di Pantai Semawang
Denpasar, (Metrobali.com)-
Peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2017, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar bersama seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di Bali mendeklarasikan Stop Buang Sampah ke Laut dengan melakukan aksi Gerakan “Clean up Underwater” di Pantai Semawang, Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu (22/4/2017.
Aksi dilakukan dengan menerjunkan sekitar 73 penyelam dari berbagai komunitas yang ada di Bali.
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Balok Budiyanto mengungkapkan, negara Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar nomor dua di dunia.
“Paling banyak sampah plastik, dan menurut penelitian, plastik itu susah terurai, dan 50 sampai 600 tahun baru terurai. Dalam proses tersebut, plastik terurai menjadi ukuran mikro dan masuk ke laut serta dimakan ikan,” ujarnya didampingi Kepala BPSPL Denpasar Suko Wardono, di lokasi, Sabtu (22/4/2017).
Kebijakan buang sampah katanya, untuk menjaga kondisi di perairan. Dan kalau berkurang, sangat berpengaruh terhadap penghasilan nelayan. Karena itu diharapkan gerarakan Clean Up Underwater bisa menjadi satu gerakan yang berkelanjutan untuk menjaga keanekaragaman hayati biota laut.
Dipaparkannya, secara penelitian pihaknya belum bisa menyebut angka pasti jumlah ekosistem yang rusak akibat sampah yang dibuang ke laut.
Hanya katanya, Universitas Hasanudin pernah melakukan penelitian dan yang terdeteksi bahwa ada ikan makan sampah terdapat di perairan Manado (Sulawesi Utara), Sulawesi Selatan.
“Di Muara Angke (Jakarta Utara) juga terdeteksi sehingga hal itu membahayakan kita sebagai konsumen yang makan ikan,” katanya.
Ditambahkan Kepala BPSPL Denpasar Suko Wardono, jika sampah plastik banyak ditemukan di perairan sekitar Bali pada musim-musim tertentu.
Menurutnya, para penyelam sering mengeluhkan banyaknya plastik bahkan kemungkinan dimakan oleh Ikan Pari Manta, di perairan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali.
“Jika mikro plastik termakan oleh ikan, maka dikhawatirkan ikan yang kita konsumsi akan mengandung sampah mikro plastik dan sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.
Dampak negatif pembuangan sampah di pesisir dan laut, katanya, mengganggu keindahan ekosistem laut dan mempengaruhi turunnya minat wisatawan ke lokasi-lokasi wisata pantai dan laut.
Sementara itu, Instruktur Diving Herry Setyobudi, mengatakan sampah memang paling banyak ditemukan di kawasan Pantai Semawang dan sekitarnya.
“Polyster atau sampah plastik dan sampah bekas orang sembahyang biasanya banyak. Biasanya sampah-sampah ini berasal dari hulu atau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai,” katanya disela-sela aksi.
Dia menilai, maraknya orang membuang sampah ke laut atau ke sungai karena budaya masyarakat Indonesia yang tidak menghormati lingkungannya.
Hampir 45 menit para penyelam berada di dasar laut. Hasilnya sekitar 260,3 Kg ditemukan sampah di dasar laut Pantai Semawang, yang terdiri dari jenis sampah, plastik, kayu, besi, baju, karpet, selimut, potongan kain perca dan lain sebagainya.SIA-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.