Foto: Suasana acara Sosialisasi Kebaya Goes To Campus yang digelar Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali di Undiknas Denpasar pada Selasa 30 Juli 2024.

Denpasar (Metrobali.com)-

Serangkaian peringatan perdana Hari Kebaya Nasional jatuh pada 24 Juli Tahun 2024 ini, Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali menggelar acara Sosialisasi Kebaya Goes To Campus bertema “ Lestarikan Pemakaian Kebaya Nasional Dalam Menjalani Profesi” di Undiknas Denpasar pada Selasa 30 Juli 2024.

Acara diisi dengan fashion show berkebaya dari mahasiswi Undiknas Denpasar dan talkshow terkait bangga menggunakan kebaya nasional dan berkebaya tidak ribet. Acara ini juga menjadi bagian mendukung Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 yang menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Peringatan Hari Kebaya Nasional dan juga bagian aksi dukungan untuk terus menggaungkan pemakaian kebaya nasional dalam memperjuangkan kebaya nasional Indonesia Goes to UNESCO.

Acara Sosialisasi Kebaya Goes To Campus di Undiknas Denpasar ini disupport penuh oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII Bali NTB dan Dharma Wanita Persatuan LLDikti Wilayah VIII Bali NTB. Didukung juga kolaborasi dan sinergi dengan Rotary Club of Bali Bersinar, GTS Institute Bali, Pusat Studi Undiknas Denpasar, mahasiswa KBMHD Undiknas, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali, Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, dan sejumlah organisasi lainnya.

Turut hadir langsung Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII Bali NTB Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., IPU., ASEAN.Eng., APEC.Eng., bersama Ketua Dharma Wanita Persatuan LLDikti Wilayah VIII Bali NTB Gusti Ayu Ngurah Eva Intan Swandhewi. Peserta acara Sosialisasi Kebaya Goes To Campus tidak hanya dari civitas akademika Undiknas Denpasar tapi juga dari berbagai elemennya lainnya termasuk dari warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan dan turut hadir langsung Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani.

Dalam fashion show kebaya yang ditampilkan mahasiswi Undiknas Denpasar, para peserta tampil anggun dan cantik mengenakan kebaya nasional kebanggaan mereka baik kebaya model kutubaru atau kebaya kartini sesuai spirit “berkebaya tidak ribet”. Para mahasiswa Gen Z ini penuh percaya diri dan menebar senyum berlenggak-lenggok ibarat model profesional menampilkan kebaya yang mereka kenakan yang memancarkan aura jati diri perempuan Indonesia.

Di sela-sela acara Sosialisasi Kebaya Goes To Campus ini Press Tiwi Tjandra selaku President Rotary Club of Bali Bersinar juga melaunching kehadiran LIP Bersinar Band LPP Kerobokan yang para personilnya adalah Warga Binaan Perempuan Kelas II A Kerobokan Denpasar. Press Tiwi Tjandra juga menyerahkan bingkisan kepada personil band ini.

Sementara itu dalam talkshow yang dipandu moderator Humas PBI Bali Anak Agung Ayu Triyana Tira menghadirkan empat pembicara. Pertama, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Undiknas Denpasar Dr. Anak Agung Ayu Ngurah Sri Rahayu Gorda S.H., M.M., M.H., CCD., Ketua Badan Musyawarah KBMHD Undiknas Putu Devi Maharani, Dewan Pimpinan Luar Negeri PBI Eropa Christiana Desinta Streiff Siswijana, dan Ketua Bidang Pendidikan PBI Bali I Gusti Ayu Agung Mirah Maheswari.

Dalam talkshow ini juga terungkap bagaimana kisah perjuangan panjang Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) dan elemen lainnya akhirnya berbuah manis setelah Pemerintah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Peringatan Hari Kebaya Nasional yang tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional.

Anak Agung Gede Wiranata selaku Ketua Panitia Acara Kebaya Goes To Campus di Undiknas Denpasar dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini mengambil tema melestarikan budaya pemakaian kebaya nasional dalam menjalani profesi.

Kegiatan dilaksanakan untuk memperingati Hari Kebaya Nasional (HKN), sebagaimana Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 19 Tahun 2023. Dia berharap kegiatan kali ini bisa memberikan insight-insight positif, serta mampu meningkatkan rasa cinta akan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia.

Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali Dr. Gung Tini Gorda dalam sambutannya mengatakan, ini merupakan tugas yang sangat berat untuk bagaimana mensosialisasikan kebaya di Provinsi Bali yang identik dengan kebaya. Terlebih lagi Kepres Nomor 19 tahun 2023 bukan tentang Kebaya Bali, melainkan berkebaya nasional. “Inilah yang nantinya akan diperjuangkan bersama untuk menjadi catatan sejarah untuk bisa dicatatkan di UNESCO sebagai warisan budaya tak benda,” ungkpanya.

Gung Tini Gorda juga menyadari bahwa tidak mudah melakukan sosialisasi berkebaya di Bali, karena di Bali sendiri sudah biasa untuk berkebaya. Namun ditegaskannya bahwa berkebaya sesuai dengan pakem nasional yang akan bisa dinilai oleh UNESCO itu adalah kebaya nasional Indonesia, bukan kebaya provinsi Bali atau daerah-daerah lainnya di Indonesia. Untuk itu Gung Tini Gorda mengajak semua pihak untuk bersama-sama berjuang dan dimulai di dunia kampus.

Tugas berat yang kedua menurut Gung Tini Gorda adalah bagaimana melaksanakan Kebaya Goes To School, yang mana sebenarnya justru tingkat sekolah sudah melaksanakan apa yang menjadi amanah Pergub terkait penggunaan pakaian adat setiap hari Kamis. Namun untuk tingkat perguruan tinggi belum sampai di sana. Oleh karena itu, Gung Tini Gorda berharap Kepala LLDikti bisa memberikan suatu inspirasi bagi seluruh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Bali bahwa yang akan dilaksanakan adalah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 yang menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Peringatan Hari Kebaya Nasional.

Gung Tini Gorda kemudian melaporkan dua hasil kongres Perempuan Berkebaya Indonesia pada tahun 2021. Yang pertama adalah ingin menetapkan hari berkebaya nasional dan yang kedua ingin mencatatkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda. Ditegaskannya bahwa dalam pengimplementasian 2 hasil kongres tersebut, tentunya PBI tidak bisa bekerja sendiri, tetapi beberapa komunitas perempuan yang ada di Jakarta bisa bersama menjadi Tim Nasional, yang terdiri dari Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), Perempuan Indonesia Maju, Pertiwi, Perempuan Bersanggul, dan Perempuan Berkebaya.

Perjuangan yang sangat melelahkan tersebut akhirnya terjawab di tahun 2023, dimana Presiden Jokowi telah menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 yang menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Peringatan Hari Kebaya Nasional. Jadi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan terkait berkebaya merupakan amanah dari Kepres Nomor 19 tahun 2023.

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII Bali NTB Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., IPU., ASEAN.Eng., APEC.Eng., mengakui pihaknya mendukung penuh program Kebaya Goes To Campus dari PBI Bali serangkaian peringatan perdana Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada 24 Juli Tahun 2024 ini dan semakin mengenalkan berkebaya di dunia kampus khususnya juga di kalangan mahasiswa.

Eratodi mengaku sangat antusias menghadiri kegiatan Kebaya Goes To Campus kali ini. “Kampus bukan untuk melahirkan sumber daya manusia unggul saja, tetapi juga sumber daya-sumber daya yang benar-benar melestarikan dan mengembangkan budaya,” ujarnya.

Relevansi yang diharapkan pemerintah adalah apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama kebaya, perlu untuk dilestarikan dan kemudian dikembangkan dengan model yang cantik dan menarik, sehingga bisa membuka peluang kewirausahaan bagi para mahasiswa, termasuk peluang-peluang yang lain di sektor pariwisata.

Eratodi mengungkapkan bahwa LLDikti Wilayah VIII Bali NTB telah mendukung pelestarian berkebaya dengan menghimbau para dosen dan mahasiswa untuk setiap Hari Selasa memakai pakaian adat. Dikatakannya, seiring perkembangan zaman, model kebaya saat ini sudah semakin modern. Artinya berkebaya tidak hanya digunakan saat akan bersembahyang saja, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya.

Ketua Dharma Wanita Persatuan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII Bali NTB Gusti Ayu Ngurah Eva Intan Swandhewi dalam keynote speakernya sebelum acara talkshow mengungkapkan pihaknya mendukung acara Kebaya Goes To Campus di Undiknas Denpasar serangkaian peringatan perdana Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada 24 Juli Tahun 2024 ini.

“Saat ini memakai kebaya nasional bisa lebih simpel dan tidak ribet. Contohnya atasan menggunakan kebaya dan bawahan bisa celana panjang. Beda halnya dengan pakaian adat Bali yang memang harus memakai kamen,” katanya.

Swandhewi juga mengaku terkejut dengan antusiasme di wilayah NTB yang sangat tinggi, karena di sana berlomba-lomba untuk memakai kebaya di hari selasa dan mempostingnya di media sosialnya masing-masing. Seharusnya di Bali bisa lebih antusias lagi. Apalagi bisa dipastikan koleksi kebaya orang-orang Bali lebih banyak dari mereka yang ada di luar Bali.

Dharma Wanita Persatuan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII juga selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PBI Provinsi Bali, seperti hadir langsung dalam kegiatan-kegiatan terkait berkebaya. Artinya Dharma Wanita siap untuk ikut berpartisipasi dan berkolaborasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PBI. Sebagai perempuan Indonesia sudah sepatutnya ikut mencintai dan melestarikan budaya berkebaya. Apalagi perempuan Bali yang adatnya sangat kental memakai kebaya.

Narasumber talkshow Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Undiknas Denpasar Dr. Anak Agung Ayu Ngurah Sri Rahayu Gorda S.H., M.M., M.H., CCD., mengungkapkan, Gen Z merupakan penerus bangsa. Oleh karena itu penting untuk bagaimana mendesain kebaya agar kita bangga menggunakannya, tidak terkesan kuno atau jadul, tapi bagaimana agar terlihat cantik dengan tetap memegang pakem budaya tradisional, namun terlihat modern dan elegan.

Menurutnya, Gen Z memiliki karakteristik yang independen, dekat dengan dunia digital dan media sosial. Oleh karena itu”Kita harapkan Gen Z  bisa memviralkan budaya berkebaya lewat gadget mereka masing-masing, sehingga budaya berkebaya ini tidak diambil oleh pihak luar,” ujarnya.

Sementara itu narasumber lainnya Ketua Badan Musyawarah KBMHD Undiknas Putu Devi Maharani mengakui sudah mengenal dan mencintai kebaya sejak kecil karena kebetulan dirinya juga berjualan kebaya.

Devi Maharani mengatakan, lewat bisnisnya berjualan kebaya di Daerah Canggu, dia secara tidak langsung telah memperkenalkan budaya berkebaya, tidak hanya kepada warga sekitar, tetapi juga kepada turis-turis mancanegara. Apalagi daerah Canggu merupakan kawasan pariwisata yang populer dikalangan wisatawan mancanegara.

Narasumber berikutnya Dewan Pimpinan Luar Negeri PBI Eropa Christiana Desinta Streiff Siswijana berbagi kisah mengenalkan kebaya nasional Indonesia di luar negeri khususnya di Eropa. Dia menuturkan, dari kecil sudah suka berkebaya dan kebiasaan tersebut dibawa sampai saat ini.

Ketika berada di luar negeri seperti Australia dan Swiss, Siswijana selalu mempromosikan kebaya dan mengajak para perempuan di sana untuk secara tidak langsung memperlihatkan jati diri perempuan Indonesia yang sebenarnya. Siswijana juga berusaha untuk selalu mengikuti pakem-pakem kebaya yang benar, selain juga selalu menularkan berbagai macam kebaya, serta menceritakan tentang filosofi kebaya.

Sementara itu narasumber berikutnya Ketua Bidang Pendidikan PBI Bali I Gusti Ayu Agung Mirah Maheswari mengatakan, penetapan Hari Kebaya Nasional merupakan sebuah milestone atau tonggak bersejarah karena usaha-usaha dari Perempuan Berkebaya Indonesia yang ingin mencatatkan kebaya Indonesia ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dan juga merupakan jati diri perempuan Indonesia.

Diungkapkannya, untuk mendukung gerakan Kebaya Goes To UNESCO, PBI Eropa sampai harus turun ke jalan untuk menunjukkan bahwa kebaya itu adalah jati diri perempuan Indonesia. Namun diakuinya bahwa di Bali sendiri sudah lebih maju, dimana parade berkebaya sudah hampir menjadi keseharian perempuan Bali. Namun poinnya adalah harus diingatkan tentang pakem-pakem berkebaya yang baik dan benar.

Menariknya dalam acara ini juga hadir salah satu pelukis asal Indonesia yang berkarya di Perancis bernama Rosi, yang memiliki nama lahir Ni Nyoman Rosita Ujianti dari pasangan I Made Ukir Dharta dari Bali dan Mysah dari Banyuwangi. Rosi mengaku senang bisa hadir bersama para perempuan hebat untuk bersama-sama menggaungkan kebaya nasional dan memperjuangkan kebaya Indonesia Goes to UNESCO.

Rosi mengatakan, dia sejak kecil sudah senang melukis dan bahkan bisa berpergian ke luar negeri dari hasil jerih payahnya sendiri, tanpa membebani orang tua. Uniknya Rosi menggunakan jari telunjuknya untuk membuat karya-karya lukisannya.

Rosi juga mengaku selalu memakai Kebaya karena dia merasa bangga dengan warisan budaya Indonesia. Ditambahkannya, orang-orang asing senang melihat perempuan berkebaya karena dinilai anggun dan cantik. Namun Rosi menegaskan bahwa, perempuan Indonesia harus cantik dari luar dan dalam. Yang terpenting menurut Rosi, harus punya rasa empati, dan rasa kemanusiaan kepada sesama.

Acara Kebaya Goes To Campus di Undiknas Denpasar juga mendapatkan support dari Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan dan sekaligus digelar launching band yang beranggotakan para perempuan warga binaan Lapas Perempuan Kerobokan bernama LIP Bersinar Band LPP Kerobokan.

Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani mengungkapkan, pihaknya mendukung acara tersebut dengan pementasan LIP Bersinar Band LPP Kerobokan yang para personilnya adalah Warga Binaan Perempuan Kelas II A Kerobokan Denpasar.

Diungkapkannya bahwa, band ini sudah cukup sering tampil untuk mengisi acara. “Kami harapkan kedepannya ada lebih banyak lagi masyarakat yang mengundang LIP Bersinar Band LPP Kerobokan untuk mengisi acara,” ujarnya.

Andiyani juga mengatakan bahwa Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan telah mendukung gerakan berkebaya nasional. Sebelumnya pada tanggal 24 Juli, serangkaian Hari Kebaya Nasional,  PBI Bali menggelar lomba parade berkebaya nasional yang diikuti oleh warga binaan perempuan. Selain itu para pegawai di Lapas Perempuan Kerobokan juga telah ikut mendukung gerakan berkebaya.

Sementara itu Dosen Undiknas Denpasar Dr. Nuning Indah Pratiwi juga memberikan pandangannya mengenai berkebaya tidak ribet dan kebaya nasional menjadi bagian dari komunikasi fashion di kalangan Gen Z. Dia mengatakan, dulu di pemikiran orang-orang, Kebaya hanya bisa dipakai pada event-event tertentu, seperti menghadiri undangan perkawinan dan lain sebagainya.

Namun inilah yang harus diluruskan bahwa kebaya itu bisa menjadi komunikasi fesyen di masyarakat, terutama di kalangan Gen Z. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana anak-anak Gen Z ini bisa menerima kebaya ini sebagai fesyen. Inilah yang nantinya dibungkus dengan komunikasi fesyen.

Para mahasiswi Undiknas peserta fashion show kebaya mengaku senang mereka bisa tampil di acara ini. Peserta bernama Dayu Widia mengaku sangat bahagia bisa ikut ambil bagian dalam fashion show kebaya tersebut. Harapannya kedepan kebaya bisa go internasional.

Perasaan senang dan bahagia juga diungkapkan oleh peserta fashion show kebaya lainnya bernama Tarisa dan Redi. Mereka mengatakan acara kali ini benar-benar seru dan menyenangkan. Melalui acara ini, Tarisa dan Redi menunjukkan kepada publik bahwa berkebaya itu tidak ribet. Apalagi kebaya merupakan warisan budaya Indonesia.

Keduanya kemudian berharap Gen Z bisa ikut melestarikan kebaya dengan lebih sering memakai kebaya, sehingga kedepan kebaya bisa Go Internasional.

Para peserta dan undangan yang hadir dalam acara Kebaya Goes To Campus di Undiknas ini juga berbaur penuh kebersamaan menyanyi bersama penuh kebahagiaan diiringi musik dari LIP Bersinar Band LPP Kerobokan. (wid)