Denpasar (Metrobali.com)-

Peringatan 122 tahun Bung Karno Selasa, 6 Juni 2023 malam di Puri Satria Denpasar begitu khusyuk. Tempat perayaan sangat sederhana. Hanya ada beberapa orang diundang secara khusus oleh Puri Satria. Mereka yang diundang adalah kerabat puri, teman teman Cok Ratmadi, dan para penekun Spiritual seperti Prof. DR. Siki Kawiyana dan Jro Gde Sudibya.

Perayaan 122 tahun Bung Karno di basic lahirnya PDI Perjuangan Puri Satria penuh kekeluargaan dan kekhidmatan. Perayaannya pun tidak eklusif. Tidak mau menonjolkan serimonialnya, karena di sebelah Puri Satria masih ada kedukaan. Walau sederhana, tidak mengurangi makna perongatan hari lahir Sang Putra Fajar.

Menurut Ketua Forum Penyadaran Dharma Jro Gde Sudibya inti sari, sari pati ajaran Bung Karno yang “tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan” nyaris abadi, tidak saja untuk negara bangsa Indonesia, tetapi untuk tegaknya: keadilan, perdamaian dan kedamainan bagi insan-insan manusia di manapun berada.

“Akumulasi pemikiran tercerahkan, totally enlightment great wisdom, yang termaktub dalam : Pancasila, Tri Cakti Bung Karno, Dasa Sila Bandung,” kata Jro Gde Sudibya.

Gde Sudibya menyebutkan bahwa pengetahuan yang terberkati, blezing knowledge, yang harus dibumikan, melalui: kecerdasan keluhuran budi, pengabdian melalui penyerahan diri secara total dan respek pada keragaman. Keteladanan Sang Putra Fajar.

Sementara itu, tuan Rumah Perayaan 122 tahun Bung Karno, AA Ngurah Oka Ratmadi mengucap syukur telah bisa menyelenggarakan perayaan. Dipilihnya Puri Satria Denpasar sebagai tempat perayaan 122 tahun karena permintaan Bung Karno melalui peminjaman raga seorang pengempon Pura Dalem Semedang di Denpasar Selatan.

Menurut Cok Ratmadi rangkaian peringatan haril lahir Bung Karno ini merupakan perjalan spirtual nusantara. Sebelumnya, telah dilakukan ritual kejawan di Goa Semar di kaki Gunung Dieng, dan selanjutnya perjalanan ke sejumlah Candi dan tempat keramat lainnya di Jawa, Bali dan pulau Alor.

Menurut seorang Netizen dalam jiwanya Bung Karno selalu mengalir darah seni yang sangat monumental.

Menurut Jro Gde Sudibya peringat 122 tajun Bung Karno di Puri Satria kemarin adalah membuka pintu untuk keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Itulah “bantang rawes” yang diterima kemarin.

Kata Jro Gde Sudibya, Spiritualisme Soekarno, meminjan tamsil Soekarno akan berdiri tegak sekukuh Gunung Semeru, tidak akan goyah dan digoyahkan oleh ideologi yang “diimpor” dari luar, maupun musuh dari dalam, dari orang-orang yang memanipulasi ajaran Soekarno untuk kepentingan diri dan kelompoknya, mereka yang tergolong dalam pandangan Soekarno sebagai CECUNGUK. (Adi Putra)