Jakarta, (Metrobali.com)

Kebijakan perang tarif, yang akan menstimulasi perang dagang antar negara, dalam hitungan hari akan segera dimulai, tetapi telah “memakan” korban luar biasa.

Hal itu dikatakan Jro Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi dan kecenderungan masa depan, Senin 7 April 2025 menanggapi kebijakan Trump atas kenaikan tarif 35 persen.

Dikatakan, Indeks Harga Saham di Wall Street, New York, diberitakan di medsos pada rontok, dengan nilai kerugian super jumbo Rp.80,000 T.

“Soal waktu saja, akan menyebar ke seluruh pasar uang dan modal dunia, jika tidak ada upaya antar bangsa, untuk mengerem kejatuhan harga saham dunia, dalam dunia yang disebut oleh ekonom pemenang Nobel tahun 2001, ketua penasehat ekonomi Presiden Clinton Joseph Stigliz sebagai Casino Economy, ekonomi perjudian,” kata Jro Gde Sudibya.

Menurutnya, banyak ekonom dunia memperkirakan, dunia akan memasuki bayang-bayang pertumbuhan ekonomi rendah, stagflaton (pertumbuhan ekonomi yang tertekan, dengan risiko inflasi), resesi ekonomi. Bahkan risiko, depresi ekonomi, model masa malaise dasa warsa tahun 1930’an.

Dikatakan, dalam ekonomi dunia yang fragile (mudah “pecah”), Indonesia dihadapkan dengan defisit fiskal yang akut, diperkirakan defisit APBN tahun ini, dengan rentang Rp.600 T – Rp.1,000 T.

“Dengan harapan defisit ini akan ditutup dengan “direct foreign investment”, harapan yang nyaris pupus, menyimak bergejolaknya harga saham di Wall Street,” kata Jro Gde Sudibya.

Menurut Sudibya, lanskap geo ekonomi politik global akan berubah drastis, negara bangsa yang lebih cerdas dalam merespons turbulensi ekonomi akan lebih mampu bertahan, dibandingkan dengan negara yang gagap, dengan “sense of crisis”rendah.

Dicontohkan, Vietnam misalnya, menurunkan tarif 0 persen untuk produk AS, dan segera melakukan negosiasi dengan AS, mungkin akan memperoleh hasil yang lebih baik dalam kemelut perang dagang yang akan berlangsung.

Dikatakan, menyimak surat terbuka Presiden Meksiko ke Presiden Trump, ada risiko, ekonomi AS akan berhadapan dengan pasar raksasa global yang berjumlah 7 milyar penghuni manusia di bumi dengan daya belinya.

“Perubahan cepat ekonomi ke depan, akan menentukan lanskap geo politik global dengan: negara yang mendominasi, dan negara yang didominasi, “didikte” oleh kepentingan ekonomi politik negara lain,” kata Jro Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi dan kecenderungan masa depan.

Jurnalis : Nyoman Sutiawan