Sarasehan dengan tema rabies

Denpasar (Metrobali.com)-

 

 

Kasus gigitan anjing  rabies yang terjadi di Bali kembali menyita perhatian publik bahkan dunia internasional.  Di tahun 2008 kasus  rabies sempat muncul di daerah  Badung bagian selatan. Dari tahun ke tahun kasus yang disebabkan gigitan anjiang rabies mengalami peningkatan secara signifikan hingga  di pertengahan 2015 telah terjadi 220 kasus gigitan dan sudah menyebar ke 156 desa yang ada di Bali. Demikian disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Hewan  Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali  Drh. Natrakusuma pada acara sarasehan Bali Mandara yang bertajuk “Mari Selamatkan Bali Dari rabies” yang diselenggarakan oleh Biro Humas Provinsi Bali di Warung Tresni,Kamis (23/7).   Berdasarkan data Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Bali saat ini terdapat 500 000 populasi anjing di Bali dan dari jumlah tersbut hanya 5% dipelihara dengan baik oleh pemilimnya. Sebanyak 70 %  ada pemiliknya namun hidup berkeliaran dan sekitar 25 % tidak memiliki tuan dengan kata lain disebut  anjing liar. Pemprov sendiri melalui  Dinas Peternakan dan kesehatan hewan telah melakukan berbagai upaya  pengendalian kasus rabies  diantaranya dengan vaksinasi,edukasi, sterilisasi serta eliminasi. Khusus untuk eliminasi  hanya akan dilakukan di daerah tertular secara tertarget dan terarah. Ditambahkan pula oleh Kadis Peternakan dan kesehatan hewan Putu Sumantra tindakan eliminasi bukan berarti pembantaian anjing , namun tindakan ini dilakukan secara selektif  dan  memiliki target.  “Bukan sembarangan dan hanya dikhususkan  untuk anjing liar,” ujarnya. Ia juga menghimbau peran serta masyarakat untuk mendukung program pemberantasan rabies yang dilakukan Pemprov, dan  khususnya kepada yayasan pencinta hewan diminta turut membantu mengedukasi masyarakat tentang bagaimana  merawat anjing agar terhindar dari rabies dan sekaligus langkah penanganan jika ditemukan anjing terindikasi rabies

Sementara itu  Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya,  mengungkapkan berdasarkan data di lapangan dari tahun 2008-2015 , kasus  rabies mengalami peningkatan dengan kasus gigitan anjing kurang lebih sebanyak 20 000 orang dengan rata rata per hari 125 kasus gigitan anjing, dan telah memakan korban jiwa sebanyak 159 orang. Lebih lanjut ia juga menyampaikan guna mengantisipasi kasus ini pihak pemprov berupaya menyediakan Vaksin Antirabies (VAR)dengan menggandeng pemerintah kota /kabupaten dimana hingga tahun 2015 Pemprov telah mengucurkan dana lebih dari 100 Milyar untuk pembelian vaksin VAR. Ia menyayangkan opini masyarakat yang menganggap sepele terhadap kasus  gigitan anjing.  “Jika digigit anjing tinggal carikan VAR, namun sesungguhnya VAR bukanlah solusi untuk meredam kejadian rabies,” ujarnya. Menurutnya rabies hanya bisa diredam dari hulu ( pemelihara anjing  yang tidak lain adalah masyarakat ) , masyarakat harus diberikan sosialisasi dan edukasi tentang bahaya rabies dan proses  penyebaran virus tersebut. “Sebanyak apapun VAR yang disediakan tidak akan pernah cukup jika di hulu masih bermasalah, “ imbuhnya. Dalam paparannya ia juga menambahkan posisi dari gigitan anjing yang terinfeksi rabies mempengaruhi cepat atau lambatnya seseorang akan meninggal . “Virus rabies akan menyerang otak dan mengalir mengikuti aliran darah, dan jika sudah mencapai otak maka tidak akan tertolong, terlebih saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan,” pungkasnya. 

Sementara itu  Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ( PDHI ) Drh Made Restiati  dalam paparannya menambahkan bahwasannya semua pihak telah bekerja keras dan berupaya secara maksimal untuk meredam kejadian luar biasa rabies, termasuk para dokter hewan yang sudah bekerja keras berkoordinasi dengan pemerintah melakukan vaksinasi rabies dan juga sterilisasi pada anjng . Namun ia menyoroti kurangnya peran serta masyarakat dalam mensukseskan upaya pemberantasan rabies ini. “Seolah olah masyarakat memusuhi pemerintah yang  sedang berperang  melawan penyebaran virus mematikan tersebut,” imbuhnya. Ia berharap masyarakat mendukung segala upaya yang dilakukan pemerintah salah satunya dengan memahami aturan yang telah ditetapkan dalam peraturan tersebut. “ Kalau tidak ingin anjingnya dieliminasi, jangan dibiarkan berkeliaran,”tegasnya. Agus , perwakilan dari salah satu LSM yang getol peduli terhadap binatang,  Yayasan Bali Animal Welfare Association ( BAWA )  menyampaikan pihaknya telah melakukan beberapa upaya menganggulangi rabies dengan berkoordinasi dengan Pemerintah seperti melakukan vaksinasi , eliminasi tertarget dan juga memberikan edukasi kepada para penggemar anjing tentang bahaya rabies dan upaya penanggulangannya.

Menutup dialog kalli ini Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali Dewa Gede  Mahendra  Putra menyampaikan apresiasi dan rasa terimakasihnya kepada semua pihak khususnya media yang telah membantu memberikan pencerahan dan membuka ruang komunikasi khususnya untuk penanganann kasus rabies ini. Ia berharap adanya komunikasi dan kerjasama semua pihak dalam upaya penanggulangan rabies dan tidak saling menyalahkan antara  pihak satu dengan yang lainnya.” Jangan sampai kasus rabies mencoreng pariwisata Bali, mengingat pariwisata adalah tumpuan utama masyarakat Bali” ujarnya. AD-MB

.

Tabel Data Korban Meninggal Karena Rabies di Bali

Tahun

Jumlah Korban Meninggal

2008

4

2009

28

2010

82

2011

23

2012

8

2013

1

2014

2

Per Juli 2015

11