Foto:  Anggota Komisi IV DPR RI, AA Bagus Adhi Mahendra Putra, S.H.,M.H.,(kanan) menyerahkan bantuan bibit kakao usai pembukaan Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh di Kabupaten Jembrana yang digelar di Gedung Kesenian Ir. Soekarno, Rabu (24/3/2021).

Jembrana (Metrobali.com)-

Kabupaten Jembrana memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan komoditas perkebunan kakao. Kualitas kakao Jembrana sudah diakui dunia dengan tembus pasar ekspor dan menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Jembrana merupakan kabupaten dengan luasan kebun kakao terbesar di Bali yang mencapai 43,25 persen, sekaligus merupakan kabupaten yang memiliki fokus untuk mewujudkan kakao fermentasi di Pulau Dewata dan tealh tembus pasar ekspor dunia.

Tahun 2021 ini ditarget Bali bisa mengekspor 1.000 ton kakao fermentasi dan mayoritas tentunya berasal dari Jembrana. Namun walaupun kualitas kakao Jembrana sudah diakui dunia tapi di pasar ekspor belum ada kakao dengan brand (merek) khusus Kakao Jembrana atau Jembrana Cocoa.

Hal inipun dikeluhkan Bupati Jembrana Nengah Tamba, S.H.,dalam sambutannya sebelum membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh di Kabupaten Jembrana yang digelar di Gedung Kesenian Ir. Soekarno (Twin Tower Negara), Rabu (24/3/2021).

Bimtek ini diselenggarakan Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan dan kelautan, AA Bagus Adhi Mahendra Putra, S.H.,M.H., (Amatra). Dihadiri pula Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Ir. Sumadi Noor, M.Si., Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Dr. drh I Made Rai Yasa MP., perwakilan Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, narasumber dari Komunitas Petani Muda Keren serta undangan lainnya.

Lebih jauh Tamba mengungkapkan kualitas kakao Jembrana terbaik atau the best bahkan salah satu yang terbaik di dunia tapi dari sisi kuantitas masih kalah jauh dari daerah lain yang juga mengekspor kakao.

Kakao Jembrana harganya sangat spesifik berkisar antara Rp 58.000 sampai Rp 60.000 per kilogram dan mungkin ini merupakan harga kakao fermentasi termahal di Indonesia.

Dari total produksi kakao Bali yang mencapai sekitar 4.849 ton, target biji kakao yang diolah menjadi kakao fermentasi pada tahun ini sekitar 1.000 ton, dan akan dipenuhi sekurangnya 600 ton dari Kabupaten Jembrana untuk kebutuhan pasar ekspor.

Buat Brand Jembrana Cocoa Libatkan Perusda

Di sisi lain juga di pasar ekspor belum ada brand khusus dengan naama kakao Jembrana atau Jembrana Cocoa, selain ekspor kakao dari Bali juga masih parsial atau berjalan sendiri-sendiri. “Mereka malu-malu memakai nama Jembrana,” sebut Tamba.

Bupati yang dikenal humoris dan merakyat ini lantas mengungkapkan cita-citanya membuat brand kakao Jembrana atau Jembrana Cocoa yang menyasar pasar ekspor. Brand ini akan digarap oleh Perusahaan Daerah (Perusda).

“Jadi mohon doa restu kalau Perusda hidup lagi, maka kita akan buat brand Jembrana Cocoa,” terang Tamba.

Nantinya Perusda akan membeli kakao dari petani dan ekspor dilakukan lewat Perusda. “Jadi dengan brand Jembrana Kakao harapannya Jembrana lebih dikenal dunia dan kelihatan  di dunia Jembrana itu dimananya Bali,” pungkas Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.

Wujudkan Jembrana Kabupaten Kakao

Mendengar apa yang disampaikan Bupati Jembrana Nengah Tamba, Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan dan kelautan, AA Bagus Adhi Mahendra Putra, S.H.,M.H., (Amatra) mendukung penuh agar Jembrana punya brand khusus Jembrana Cocoa di pasar ekspor dunia.

Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali yang akrab disapa Gus Adhi ini menegaskan siap memberikan berbagai program terkait untuk mendukung Bupati dan Wakil Bupati Jembrana I Nengah Tamba dan Patriana Krisna (TEPAT) mewujudkan Jembrana menjadi “Kabupaten Kakao” dan mendorong  kakao Jembrana mempunyai berkualitas terbaik di dunia serta menguasai pasar ekspor melalui brand khusus Jembrana Cocoa ini.

“Kami dukung dipasang merek Kakao Jembrana atau Jembrana Cocoa dan semakin banyak ekspor kakao fermentasi dari Jembrana. Mari bersama-sama kita wujudkan kakao dari Jembrana jadi yang terbaik dunia dan bisa menguasai pasar ekspor kakao dunia,” ajak Anggota DPR RI dua periode ini.

Gus Adhi mengatakan kakao Jembrana merupakan komoditi ekspor unggulan dari Bali dan prospeknya sangat bagus. Secara nasional, kakao juga merupakan komoditis ekspor nomor empat tertinggi dari produk pertanian di bawah sawit, kopi dan cengkeh.

Karenanya ia mengajak petani di Jembrana secara serius dan sungguh-sungguh mengembangkan kakao ini. Untuk itulah Gus Adhi hadir menggelar bimtek ini untuk menyiapkan SDM petani kakao yang maju, mandiri dan modern.

“Jadi hari ini kami latih masyarakat petani muda sebagai pengusaha kakao dari hulu ke hilir,” kata politisi Golkar adal Kerobokan, Badung.

Ia pun optimis Jembrana bisa menjadi sebagai “Kabupaten Kakao” dan menjadi daya tarik pariwisata pertanian. Untuk mewujudkan ini, Gus Adhi pun memberikan “oleh-oleh” bantuan 10 ribu bibit kakao kepada petani kakao di “Gumi Makepung” ini.

“Mari kita bersungguh-sungguh jadikan Jembrana Kabupaten Kakao,” pungkas Gus Adhi yang juga Ketua Depidar (Dewan Pimpinan Daerah) SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) Provinsi Bali ini. (wid)