ilustrasi-kecelakaan

Negara (Metrobali.com)-

Penipuan berkedok kecelakaan, yang mengatakan anaknya dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis, menimpa wali santri di Kabupaten Jembrana, Bali.

“Tadi ada yang menelepon, kalau anak saya yang sedang belajar pondok pesantren jatuh di kamar mandi dan mengalami pendarahan berat di kepala. Orang yang mengaku bernama Budiman ini mengatakan, anak saya sedang dirawat di RSU Situbondo dan butuh biaya segera,” kata Haedori, salah seorang warga Desa Cupel, yang anaknya menjadi santri di Pondok Pesantren Al Zikro, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Jumat (8/8).

Untuk menyakinkan korban, Budiman menambahkan, anak bernama Ahmad Nurhakim tersebut ditangani oleh dokter Handoko, yang nomer ponselnya ia berikan kepada Haedori.

Saat ia menghubungi orang yang diakukan sebagai dokter tersebut, diperoleh keterangan serupa dan mendesak akan segera ditransfer uang sebesar Rp9.750.000 ke rekening nomer 8805017640 atas nama Fian Hanadi di BCA.

“Ia juga mengancam, kalau dalam waktu lima belas menit uang tersebut tidak ditransfer, peralatan yang dibutuhkan untuk pengobatan kepala anak saya, akan ia cabut,” ujarnya.

Karena panik, wali santri yang memiliki sejumlah usaha ini langsung menuju ke ATM BCA, sambil berusaha menghubungi pihak pondok pesantren, termasuk adiknya yang tinggal di Kabupaten Situbondo.

Beruntung, beberapa saat sebelum ia memutuskan untuk mentransfer uang, pihak pondok beserta adiknya mengatakan, anaknya tersebut sedang tidur di kamarnya.

“Dari situ saya baru sadar kalau ini penipuan. Kata pengasuh pondok pesantren, peristiwa seperti ini sudah tiga kali terjadi terhadap wali santri di sana. Kami diminta untuk berhati-hati dan jika ada orang yang memberi kabar seperti itu, agar langsung menghubungi pihak pondok pesantren,” katanya.

Tahu dirinya ditipu, ia berusaha memancing dua penipu ini dengan menghubungi tiga nomer handphone masing-masing 081944362633 dan 085696130009 milik Handoko, serta 081355850719 milik Budiman.

“Saya katakan mereka untuk menunggu di rumah sakit, karena adik saya sedang ke sana membawa uangnya. Setelah tahu saya punya adik di Situbondo, nomer-nomer handphone tersebut langsung tidak bisa dihubungi,” katanya.

Meskipun belum sampai mengirim uang yang diminta, ia merasa heran, pelaku bisa tahu identitas anaknya, termasuk nama dirinya serta isterinya lengkap dengan nomer handphonenya.

“Kalau dia memilih secara acak rasanya tidak mungkin, karena dia tahu nama lengkap saya serta isteri, termasuk nomer handphonenya. Pihak pondok pesantren, juga sedang melakukan penyelidikan kasus ini,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, orang yang bernama Handoko juga mengatakan, jika anaknya sudah sembuh, uang yang ia kirimkan akan dikembalikan, karena diganti pihak pondok pesantren.

“Santri yang menimba ilmu di sana kalau sakit, biayanya memang ditanggung pihak pondok pesantren. Saya heran, kok pelaku bisa tahu program di pesantren tersebut. Pengasuh pesantren yang saya hubungi mengatakan, peristiwa ini membuat nama baik Pondok Pesantren Al Zikro tercemar,” kata Haedori, yang mengaku, sering datang ke pondok pesantren tersebut, untuk mengikuti pengajian.

Karena banyak warga di Desa Cupel dan sekitarnya yang anaknya menjadi santri di pondok pesantren tersebut, ia minta mereka untuk berhati-hati, dengan tidak terburu-buru mengirim uang jika ada yang mengabarkan anak mereka kecelakaan.

“Lebih baik hubungi pengasuh di pondok dulu. Kalau sudah mendapatkan kepastian, baru mengambil tindakan,” katanya. AN-MB