Denpasar, (Metrobali.com)

Pagi hari di DAM Peraupan Peguyangan,para relawan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana {FPRB} menggelar simulasi menolong korban tenggelam, satu diantara acara pengukuhan dari terbentuknya FPRB kota Denpasar pada 26 Nopember 2021.
FPRB terdiri dari banyak organisasi kemasyarakatan seperti dari desa setempat, kelompok Seruling Ayung lestari, Komunitas Peduli Sungai,juga dari Muhammadiyah, NU dan banyak lagi. FPRB pada intinya ialah untuk lebih bisa mengkoodinir lebih terpadu dan cepat dalam penanggulangan musibah dan bencana. Seperti dikatakan oleh Drs I Made Mudra MSi, ketua FPRB kota Denpasar yang baru saja dikukuhkan itu, bahwa terbentuknya forum ini atas kesepakatan dan pemikiran yang sama oleh kelompok peduli bencana di kota Denpasar.”Forum Ini bisa dikatakan terlahir dari rasa kepedulian kita. Kemudian bisa terbentuk dari pemikiran yang sama oleh semua kelompok masyarakat,untuk bisa ikut berpartisipasi dalam penanggulangan bencana,” jelasnya.

Sinergisitas ini akan terus ditingkatkan untuk lebih bisa mendukung peduli bencana. “ semboyan kita adalah tangguh, tangguh tangguh,” imbuhnya dengan bersemangat.

Sementara oleh Drs Ida Bagus Joni Arimbawa Kepala BPBD { Badan Penanggulangan Bencana Daerah} Kota Denpasar, menyimpulkan bahwa Forum Pengurangan Risiko Bencana Kota Denpasar ini penting ada, dengan antar lain menyitir pepatah latin yang mengatakan “ Si Vis Pacem ,Para Bellum ( bahwa apabila kita mendambakan perdamaian, maka kita harus siap menghadapi perang.) “ Nah, seperti halnya untuk hal ini, apabila kita ingin/bisa hidup baik,aman kita harus siap dan sigap dalam menghadapi bencana. Maka untuk ini FRPB perlu dibentuk dan dioptimalkan dalam kinerjanya,” paparnya.
Ditambahkan oleh Gusti Rai Ary Temaya dari Komunitas Peduli Sungai (KPS) Tukad Bindu bahwa sejauh ini yang diedukasikan kepada masyarakat dengan bekerjasama dengan banyak kelompok lainnya untuk mencintai/memelihara sungai, lingkungan dan kaitannya kepada masyarakat yang ada. Edukasi itu antara lain dengan mengajak masyarakat tersebut bisa mengubah pola pikir dalam mengurangi risiko terjadinya bencana alam dan lingkungan. Menurutnya semua itu lebih banyak dilakukan melalui(lewat ) Hati. “ Sistem pendekatan dengan hati ( dari hati ke hati ) saya rasa lebih mengena,”siratnya.(RED-MB)