Denpasar (Metrobali.com) 

 

Peran strategis kaum millenial dalam konstelasi politik menjelang 2024 menjadi begitu penting dalam upaya meraih tongkat estafet dari generasi sebelumnya, penguasaan teknologi digital yang dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan informasi masyarakat menjadi kekuatan besar bagi yang lebih ‘melek’ teknologi untuk merayu konstituen.

“Generasi milenial menjadi sasaran empuk bagi politisi-politisi yang ingin mengajukan diri sebagai anggota dewan karena kondisi idealis pemuda yang mudah sekali dipengaruhi tentang keberpihakan,” kata Ketua Badan Advokasi Hukum DPW Partai Nasdem Provinsi Bali, Agustinus Nahak, SH. MH. di Denpasar, Jum’at (3/6/2022).

Bahkan menurut survei bahwa kaum muda merupakan pemilih terbanyak di 2024. Dan kaum milenial adalah kaum cerdas dan intelektual dan cenderung objektif dalam melihat figur dan selain merangkul kaum millenial juga sebab mutlak seorang politisi harus bisa menguasai dunia media sosial.

Maka menurutnya, diperlukan suatu pendidikan politik bagi kaum milenial yang memerangi sikap-sikap intoleransi demi memperkuat nilai-nilai pluralisme berazaskan Pancasila untuk membentengi berkembangnya politik identitas.

“Diseminasi informasi dengan pembekalan wawasan kebangsaan yang terukur sangatlah penting untuk kaum milenial sebab generasi merekalah yang memegang kendali informasi,” terang Agustinus.

Penguatan tentang bela negara untuk mencegah anasir-anasir yang ingin mendoktrin mereka agar ‘terbuai’ dengan simbol-simbol agama dalam politik.

Penggunaan isu politik identitas harus diwaspadai seiring dengan peningkatan praktik intoleransi dibeberapa kawasan Indonesia. Penggunaan simbol-simbol agama dipercaya masih kuat mendominasi narasi materi kampanye serta dapat memengaruhi perilaku pemilih. (hd)