Denpasar (Metrobali.com)-

Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid mendapat penghargaan “The Indonesian Peoples National Hero” yang diberikan oleh Yayasan Anand Asram Ubud, Bali. Penghargaan itu diberikan atas kiprah Gus Dur selama ini atas perjuangannya dalam menegakkan hak-hak sipil di Indonesia. “Kiprah beliau yang menyebarkan cinta kasih di dunia itu juga hal yang menjadi pertimbangan kami dalam memberikan penghargaan ini,” kata Ketua Yayasan Anand Adram, Wayan Sayoga, Selasa (15/1/2013).

Menurut Sayoga, Gus Dur tak pernah lelah memperjuangkan hak-hak sipil dan menyebarkan nilai cinta kasih terhadap sesama. “Masyarakat Indonesia, bahkan dunia tahu betul bagaimana kiprah mendiang Gus Dur terhadap hal ini. Gus Dur juga tak pernah melihat perbedaan, sebaliknya, justru persamaan yang dirajut,” tegas dia.
Pemikiran almarhum Gus Dur, sambung Sayoga, sejalan dengan apa yang selama ini diperjuangkan oleh tokoh spiritualis lintas agama, Anand Krishna. “Yakni menyebarkan nilai-nilai perdamaian, cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama,” papar Sayoga.
Pada kesempatan yang dihadiri Pangdam IX Udayana, Mayor Jenderal Wisnu Bawa Tenaya dan tokoh spiritual Hindu, Ida Pedanda Made Gunung itu, hadir Innayah Wulandari Wahid, putri Gus Dur yang menerima langsung penghargaan kepada ayahnya itu. Selain itu, Anand Asram juga memberikan penghargaan kepada Innayah Wulandari Wahid segai “Ammbasador for Global harmony”. “Penghargaan sebagai duta perdamaian dunia diberikan atas kiprah Innayah yang mengumpulkan pemuda lintas suku dan agama di Bali untuk merajut Indonesia yang lebih baik,” kata Sayoga.
Ditemui terpisah, putri bungsu Gus Dur itu mengaku terkejut atas penghargaan yang diterimanya. cucu Pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari ini ini mengaku tak menyangka bakal menerima penghargaan itu. “Saya terkejut tidak menyangka. Saya hadir hanya untuk menerima penghargaan kepada ayah saya. Tidak tahunya saya juga mendapat penghargaan,” imbuhnya.
Menurut Innayah, sebagai anak Gus Dur maka ia berharap siapapun dapat terus memperjuangkan cita-cita dan pemikiran Gus Dur untuk membangun bangsa dan negara tanpa semangat perbedaan. “Sebaliknya, kita harus mengedepankan persamaan. Kalau ngomongin perbedaan banyak sekali,” kata dia.
Kendati begitu, ia mengaku sedikit kecewa karena pemikiran Gus Dur mulai ditinggalkan pemimpin negeri ini dalam membangun bangsa. “Masih banyak PR (Pekerjaan Rumah) di negeri ini. Satu belum selesai, malu mau diubah lagi,” kata dia.
sebagai misal, Innayah mencontohkan, adalah tindakan korupsi yang semakin menggila. Pun halnya dengan kesejangan sosial yang semakin lebar bahkan habis terkikis. Menurut dia hal itu merupakan pekerjaan yang mesti segera dicarikan jalan ke luarnya. “Saya mengajak generasi muda meneruskan perjuangan Gus Dur, saatnya kita melakukan perubahan untuk bangsa ini. Dalam melakukan perubahan, yang penting dilakukan adalah memulainya dari dalam, dari diri sendiri,” imbuh Innayah.