Penghargaan Peradah IndonesiaDewa Budjana

Jakarta (Metrobali.com)-

Dalam puncak rangkaian ulang tahunyang ke-30, Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah Indonesia) memberikan penghargaan kepada empat tokoh yang telah bekerja nyata bagi masyarakat. Penghargaan Peradah dikategorikan menjadi empat yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan budaya. Penghargaan diberikan dalam perayaan 30 tahun Peradah Indonesia pada tanggal 15 Maret lalu di Jakarta. Peradah merupakan organisasi nasional bagi para pemuda Hindu di Indonesia yang didirikan pada 11 Maret 1984 di Yogyakarta.

Adapun penerima penghargaan tersebut adalah Made Kusuma Jaya untuk kategori Lingkungan.Made mengawali kegiatannya pada pertengahan 2013 lalu. Setelah semua uang dan tabungan habis, Made lalu mendirikan bank namun bukan bank uang, melainkan Bank Sampah bernama “Asri Mandala”. Disupport oleh teman dan saudara yang mengerti akan niat tersebut kegiatan dijalankan dari desa sendiri dan terus memperluas ke desa-desa lain. Kampanye di sosial media melalui Fans Page Central Bali Recycling, membuat kegiatan ini mendapat banyak apresiasi dari berbagai pihak karena dalam perjalananya kegiatan-kegiatan bank sampah banyak berkaitan dengan anak-anak.

Selanjutnya adalah sosok pemuda yang bergelut dibidang budaya, Dwitra J Ariana. Dwitra dinobatkan oleh Dewa Juri sebagai  penerima penghargaan untuk kategori Budaya. Dwitra merupakan sosok pemuda pembuat film, penulis dan pegiat teater yang lahir di Jeruk Mancingan, 1 Juli 1983. Berkesenian dimulai dengan berteater di Sanggar Cipta Budaya SLTP 1 Denpasar dan Teater Angin SMU 1 Denpasar.Tak ada yang mengakui sebagai seorang penyair karena ia dikenal sebagai seorang filmmaker. Film-filmnya pernah terpilih sebagai Official Selection Ganesha Film Festival (Ganffest) 2008 Bandung, Surabaya Film Festival (S13FFEST) 2007 dan Festival Film Dokumenter (FFD) Jogjakarta 2006 Pernah tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Teknik Arsitektur Universitas Udayana dan Graphic Design WEC, hanya yang terakhir berhasil ditamatkannya.

Untuk bidang pendidikan, diterima oleh Putu Pande Setiawan. Pande melakukan kerja sosial melalui Komunitas Anak Alam. Pande menyelesaikan S1 Teknik Industri dari Sekolah Tinggi Teknologi Telkom – Bandung, kemudian menyelesaikan S2 di Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta. Berkesempatan melakukan pertukaran mahasiswa ke University of Victoria,British Columbia – Canada. Pernah menjadi kandidat beasiswa Ph.D in tourism oleh World Tourism Organization di Hong Kong Polytechnique Institut.

Pernah bekerja sebagai Staf Field Monitor – Program Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-WFP) dalam recovery gempa di Yogyakarta. Aktif melakukan kegiatan sosial dalam sebuah Work Camp Indonesia dengan bidang yang ia sukai pendidikan anak-anak. Bekerja sosial merupakan hasrat terbesarnya. Memilih untuk mengabdikan diri dan pengetahuannya untuk anak-anak yang tak memiliki kesempatan dan peri kehidupan yang layak ini, daripada menerima tawaran kerja di perusahaan-perusahaan besar.

Putu Putrayasa penerima penghargaan untuk kategori kewirausahawan.Diusianya yang muda,  iamemiliki segudang prestasi yang membanggakan. Wirausaha, praktisi sales marketing, coach, trainer, penulis, semua ada dalam dirinya. Tak cukup hanya menjadi seorang wirausahawan, kini Putu Putrayasa mulai bergerak mewujudkan pengabdiannya bagi masyarakat.  Ia mendirikan komunitas pengusaha pembelajar melalui Kos Hebat, sebagai Kos Hebat Pencetak Pengusaha. Kos Hebat ini adalah bentuk bimbingan dan pengarahan kepada para pesertanya yang ditempa kurang lebih dua bulan untuk menjadi pengusaha berkarakter, tidak hanya nekat dengan otak kanan, tetapi juga pengusaha yang diimbangi dengan logika dan rasio otak kiri. Dari Kos Hebat, Putu ingin melahirkan 1000 Orang Pengusaha sekaligus Penulis, Trainer dan Coach, yang akan diajaknya melahirkan Sejuta Pengusaha.

Selain penghargaan, Peradah Indonesia juga memberikan anugerah Mpu Peradah kepada I Dewa Gede Budjana,seorang musisi, lebih spesifik, seorang gitaris.Budjana adalah milik Indonesia, tak hanya umat Hindu. Aktivitas bersama grupnya, GIGI, di setiap bulan Ramadhan, selalu menjadi contoh bagaimana toleransi beragama adalah sesuatu yang dikerjakan, tak hanya didengungkan. Natal pun kini berhias petikan dawai gitarnya, membawakan pesan kasih dan kedamaian.

Menurut Wayan Sudane Ketua Umum Peradah Indonesia, penghargaan dan anugerah Mpu Peradah merupakan wujud apresiasi Peradah kepada para pemuda dan masyarakat yang telah memberikan inspirasi melalui kerja nyata bagi masyarakat, dan pengembangan semangat pluralisme di Indonesia. Peradah terus berkomitmen untuk bekerja dalam kebenaran (satyagraha) bersama seluruh komponen bangsa. “Kami berharap, kerja nyata para pemuda menjadi inspirasi dalam membangun bangsa Indonesia yang ber-bhinneka tunggal ika,” paparnya. RED-MB