Pengembangan Komoditas Berbasis Produk Pertanian di Selat Karangasem
Karangasem, (Metrobali.com)
Kecamatan Selat Kab Karangasem Bali yang berlokasi di sebelah barat daya Gunung Agung menghasilkan komoditas pertanian (padi, sayuran, kelapa, kopi, bunga dll) dan peternakan (ayam, sapi, babi dan itik dll). Dari aktivitas masyarakat desa juga dihasilkan limbah pertanian dan peternakan yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Potensi komoditas pertanian dan peternakan ini dijadikan dasar dalam kegiatan pengabdian masyarakat LPPM ITB melalui kerjasama dengan mitra binaan yakni PT. Matani Temawang Agung diketuai Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha PhD dan dibantu tim asisten (Nayla Marhamah Saddah, ST, MSI dan Abdul Halim, ST). Pada tahap awal tahun pertama, mitra binaan yang sedang merintis aktivitas di bidang agro ini, dijadikan simpul pusat pengembangan masyarakat sekitar melalui pembanguan fasilitas laboratorium lapangan serta etalase produksi dan aplikasi pengembangan teknologi tepat guna bidang agro.
Kegiatan diawali melalui kunjungan pada bulan Juni 2021 untuk merumuskan cakupan dan rencana teknis kegiatan. Kegiatan yang telah dilakukan mencakup pembangunan fasilitas sarana laboratorium, fasilitas produksi percontohan serta demplot kebun percobaan dari aplikasi pengembangan produk. Pelatihan teknis yang ditujukan kepada tim mitra binaan dan beberapa pelaku usaha agro kalangan terbatas (dalam konsep training for trainer / TOT) dilakukan sebanyak 2 kali. Pelatihan pertama dilakukan pada bulan Agustus sekaligus dengan uji coba pupuk hayati dari hasil pelatihan pada beberapa komoditas pertanian. Pelatihan kedua dengan topik berbeda juga dalam konsep TOT dilakukan pada bulan November 2021. Pada pelatihan pertama ini diajarkan teknis penyiapan starter (inokulum) bakteri, pembuatan pupuk hayati cair (PHC), penyiapan kultur murni dan starter Trichoderma, pembuatan pupuk Trichoderma, pembuatan pestisida nabati, dan teknik budidaya Black Soldier Fly (BSF). Pada pelatihan kedua difokuskan pada pemanfaatan komoditas kelapa secara terpadu untuk menghasilkan VCO, Nata de Coco, BSF, pupuk Trichoderma serta demo pemanfaatan cocohip tempurung kelapa sebagai bahan bakar kompor RT.
PHC yang dihasilkan dari pelatihan pertama telah dilakukan pengujian terhadap beberapa jenis tanaman seperti padi, jagung, terung, kacang panjang, buncis dan bunga gumitir. Padi dengan perlakukan pupuk urea rata-rata menghasilkan 23 anakan/rumpun dan 1,65 gram berat gabah/malai, sedangkan dengan perlakukan PHC rata-rata menghasilkan 23 anakan/rumpun dan 2,13 gram berat gabah/malai. Panen pertama bunga gumitir dengan PHC menghasilkan 640 gram sementara tanpa PHC menghasilkan 440 gram. Untuk panen pertama buncis dengan PHC menghasilkan 390 gram buah segar dan tanpa PHC menghasilkan 300 gram. Dari hasil-hasil panen sementara yang telah dapat dievaluasi secara kuantitatif menunjukkan bahwa pemupukan dengan PHC dapat meningkatkan 29% untuk padi, 30% untuk buncis, dan 45% untuk bunga gumitir. Perlakuan PHC juga secara umum terbukti dapat mempercepat pertumbuhan generatif tanaman dibandingkan pada perlakuan pupuk urea. Secara keseluruhan hasil ujicoba PHC hasil pelatihan tampak memberikan efek yang positif pada tanaman pertanian.
Hasil pelatihan ini ditargetkan dapat diajarkan dan diterapkan ke masyarakat lebih luas di sekitar Karangasem untuk cakupan komoditas lain bersama tim mitra binaan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya antisipasi krisis pangan akibat perubhan iklim global melalui kemandirian aktivitas pertanian dan penyelamatan ekosistem pertanian dalam jangka panjang. Kegiatan program pendampingan dan monitoring akan terus dilakukan secara onoline dan aktivitas visitasi langsung akan diupayakan sumber pendanaannya dalam tahun-tahun berikutnya. (RED-MB)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.