Badung, (Metrobali.com)

Studi terbaru dari Indonesian Development Foundation (IDF) Foundation mengungkap bagaimana kebijakan harga dan faktor lain mempengaruhi perilaku merokok di Indonesia, terutama dalam memilih antara rokok tradisional (Combustible Cigarettes/CC) dan rokok elektrik (Electronic Cigarettes/EC).

Ketua Yayasan IDF Foundation Harris Siagian mengatakan, studi ini bertujuan untuk memahami keputusan konsumen terkait pilihan rokok berdasarkan harga, kandungan nikotin, peringatan kesehatan, dan rasa/aroma, serta bagaimana kebijakan dapat mempengaruhi perilaku merokok.

“Survei melibatkan 627 responden di seluruh Indonesia, mayoritas laki-laki (89,5%) berusia 25-39 tahun. Sebagian besar merokok setiap hari (79,3%), dan lebih dari setengahnya mempertimbangkan untuk berhenti dalam enam bulan ke depan,” ungkapnya di Badung, Senin 21 Oktober 2024.

Ia memaparkan, rata-rata responden menggunakan rokok elektrik selama 12 hari dalam sebulan terakhir, dan sebagian besar berpendidikan sarjana serta bekerja penuh waktu.

Tim Peneliti IDF Felix Handoyo mengungkapkan, hasil studi menunjukkan bahwa harga rokok berperan signifikan dalam menentukan pilihan merokok.

“Kenaikan harga rokok tradisional (CC) membuat lebih sedikit responden memilih rokok jenis ini. Hal yang sama berlaku untuk rokok elektrik (EC). Bahkan, kenaikan harga EC cenderung meningkatkan kemungkinan responden untuk berhenti merokok,” jelasnya.

Peneliti juga menemukan elastisitas silang antara CC dan EC, di mana kenaikan harga CC memicu perpindahan ke EC sebagai alternatif. Namun, harga EC yang lebih tinggi dapat mendorong perokok untuk mempertimbangkan berhenti sama sekali.

Sementara harga memengaruhi keputusan merokok, kandungan nikotin dan rasa/aroma tidak menunjukkan dampak yang signifikan. Meski demikian, baik perokok CC maupun EC lebih menyukai rasa tembakau dibandingkan varian lainnya.

Penelitian ini mendukung gagasan bahwa EC dapat menjadi bagian dari strategi pengurangan bahaya tembakau. Menjadikan EC lebih terjangkau dibandingkan CC dapat membantu perokok beralih ke alternatif yang dianggap memiliki risiko kesehatan lebih rendah. Dalam jangka panjang, peralihan ini dapat mendorong mereka untuk berhenti merokok.

Peneliti menyarankan kebijakan yang mendukung peralihan dari CC ke EC dengan menjaga harga EC tetap kompetitif melalui pengaturan cukai.

“Kenaikan cukai CC sambil mempertahankan cukai EC yang lebih rendah dapat mendorong perokok tradisional untuk beralih ke rokok elektrik, yang berpotensi lebih aman,” ungkap Harris mengakhiri.

Selain pengaturan harga, kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya merokok, program penghentian merokok, serta pembatasan iklan dan varian rasa/aroma yang menarik bagi remaja juga perlu diperkuat.

(jurnalis : Tri Widiyanti)