debat3

Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai agenda utama yang diusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa beberapa di antaranya idealis dan realistis, sementara Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) menawarkan solusi.

“Agenda utama Prabowo-Hatta masih ada yang bersifat idealis dalam tataran pemikiran, namun yang lain sangat realistis. (Sedangkan) ‘Nawa Cita’ Jokowi-JK sangat ‘solutif’ (menawarkan solusi) bagi bangsa Indonesia lima tahun ke depan,” kata Emrus dihubungi dari Jakarta, Minggu (15/6) malam.

Dia menjelaskan dalam agenda nyatanya Prabowo-Hatta menekankan delapan poin antara lain membangun perekonomian yang kuat, berdaulat, adil dan makmur, Melaksanakan ekonomi kerakyatan, Membangun kembali kedaulataan pangan, energi dan sumber daya alam, serta Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melaksanakan reformasi pendidikan.

Selain itu, meningkatkan kualitas pembangunan sosial melalui program kesehatan, sosial, agama, budaya dan olah raga, Mempercepat pembangunan infrastruktur, Menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup serta Membangun pemerintahan yang melindungi rakyat, bebas korupsi, dan efektif melayani.

Menurut dia tampak jelas dalam agenda nyatanya itu Prabowo-Hatta berkeinginan membawa Indonesia menjadi negara mandiri dari ketergantungan terhadap negara lain.

Dia menilai agenda itu ideal dalam tataran pemikiran. Namun pada tataran implementasi, kemandirian suatu negara tidak semudah membalik telapak tangan.

Sebab, kata dia, saat ini sudah tak terhindarkan hubungan saling pengaruh antarnegara dan antarkelompok negara atas kekuatan ekonomi (globalisasi) dan kemajuan teknologi komunikasi dan sosial media.

Dia mencontohkan, Singapura memperkuat dirinya dalam industri bidang jasa, namun tetap mengantungkan kebutuhan sayur mayur dari Sumatera Utara.

“Justru yang terpenting adalah memperkuat negara kita dari sudut kemampuan yang dimiliki Indonesia. Sangat sulit mewujudkan kemandirian negara dari sejumlah aspek kehidupan secara bersamaan dengan sumber daya terbatas,” ujar Emrus.

Kendati demikian, Emrus menekankan harus diakui agenda nyata Prabowo-Hatta bertekad kuat merealisasikan peningkatan kesejahteraan rakyat, bebas dari tindakan korupsi, dan mewujudkan birokrasi pemerintahan yang melayani.

Prabowo-Hatta dinilainya juga mengusung isu lingkungan sebagai suatu hal penting dalam pemerintahan, karena lingkungan selalu menjadi korban pembangunan ekonomi.

“Dengan demikian, pada agenda utama Prabowo-Hatta masih ada yang bersifat idealis dalam tataran pemikiran, namun yang lain sangat realistis,” nilai dia.

Sementara Jokowi-JK, kata Emrus, mengusung sembilan agenda nyata yang terangkum dalam “Nawa Cita” antara lain menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, dan Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

Kemudian, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

Selain itu, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, Melakukan revolusi karakter bangsa, serta Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Emrus menilai dalam “Nawa Cita” itu Jokowi-JK tampak merindukan kehadiran negara dalam setiap persoalan sosial yang dihadapi oleh segenap warga negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Hal itu menurut dia, menjawab absennya negara ketika hak-hak mendasar rakyat tidak mendapat perlindungan maksimal.

“Sebab sampai saat ini, kelompok minoritas masih belum mendapat kehadiran negara ketika melaksanakan hak-hak mendasar mereka,” ujarnya.

Selain itu Jokowi-JK dinilai Emrus tampak sangat geram kepada perilaku korupsi sehingga merasa sangat perlu menekankan pendekatan sistem dan penegakan hukum yang tidak pandang bulu.

“Jokowi-JK juga sepertinya bertekad meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan berangkat dari titik rakyat paling miskin menuju perwujudan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, Nawa Cita Jokowi-JK sangat ‘solutif’ bagi bangsa Indonesia lima tahun ke depan,” ucap Emrus.

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. AN-MB