anak anak sdBanjarmasin  (Metrobali.com)-

Seorang pengamat pendidikan, Prof Dr HM Norsanie Darlan MS PH yang juga akademisi Universitas Palangka Raya (Unpar) Kalimantan Tengah berpendapat, perlu tambahan jam belajar bagi anak didik setelah bencana kabut asap.

Penambahan jam belajar itu terutama bagi sekolah yang meliburkan anak didik ketika serangan kabut asap, saran Guru Besar Unpar tersebut saat berada di Banjarmasin, Minggu malam (1/11).

“Apalagi saat musim kabut asap sekolah meliburkan anak didik juga agak lama, sehingga perlu penambahan jam belajar pascakabut asap,” ujar mantan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) tersebut.

Menurut Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Luar Sekolah (PLS) atau Pendidikan Non Formal (PNF) pada Unpar tersebut, penambahan jam belajar untuk mencukupi/pemenuhan materi sesuai target minimal kurikulum.

“Penambahan jam belajar itu bisa disesuaikan atau minimal tiga jam pelajaran sehari menjelang akhir semester,” lanjut laki-laki kelahiran Anjir Kapuas, Kalteng tersebut dalam percakapan dengan Antara Kalimantan Selatan (Kalsel).

Karena, ujar Koordinator Wilayah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kalteng tersebut, target capaian pendidikan tidak bisa sama dalam evaluasi dengan masa/kondisi normal.

“Tapi kalau tiga jam pelajaran tentu tidak mampu bagi anak-anak kita. Paling banter dua jam sehari. Sehingga target pencapaian evaluasi pada akhir januari 2016 baru bisa dilaksanakan.

Untuk memenuhi target capaian pendidikan anak tersebut, dia mengharapkan, kerjasama antara sekolah (guru), orang tua murid dan masyarakat di kawasan yang terkena musibah asap tahun ini.

Kabut asap di Kalteng dan provinsi lain mulai mereda beberapa hari belakangan dan jarak pandang sudah agak normal pada jarak tertentu.

Begitu pula para penderita inpeksi saluran pernafan akut (Ispa) karena asap mulai menurun. Namun permasalahan yang muncul adalah target capaian pendidikan, apa sudah tercapai seiring gangguan kabut asap, demikian Norsanie. (www.antaranews.com)