Karyono Wibowo

Jakarta (Metrobali.com)-

Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan kembalinya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai kandidat ketua umum dalam kongres Partai Demokrat 2015, menunjukkan sistem kaderisasi partai tersebut tidak berjalan efektif.

“Saat ini terjadi krisis figur di internal Partai Demokrat maka tak heran bila Demokrat masih mangandalkan figur SBY. Kini hanya SBY satu-satunya figur yang menjadi harapan untuk memimpin Demokrat ditengah persaingan yang ketat dengan partai besar seperti PDIP, Golkar dan Gerindra,” ujar Karyono dihubungi wartawan di Jakarta, Senin (29/12) .

Dia memandang, sejak awal berdirinya, partai berlambang bintang mercy memang terlihat lebih menonjolkan figur SBY. Sejak pertama keikutsertaannya menjadi peserta pemilu 2004 hingga pemilu 2014 lalu, Partai Demokrat ini masih mengandalkan popularitas presiden ke-enam RI itu, meskipun tingkat kepercayaan publik terhadap SBY sudah merosot.

“Alhasil suara Demokrat melorot tajam pada Pemilu 2014. Tapi apa boleh buat, karena Demokrat mengalami krisis figur, maka SBY memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi Ketua Umum Demokrat di Kongres 2015 mendatang,” tutur dia.

Menurut dia, bisa diprediksi apabila SBY maju sebagai calon ketua umum pada Kongres Partai Demokrat 2015, maka SBY dapat terpilih secara aklamasi.

Tetapi hal itu bakal membentuk persepsi publik bahwa partai Demokrat adalah partainya keluarga SBY. Publik dinilai sudah kian sadar bahwa selama ini hanya partai Demokrat yang dinilai paling mencolok dan kental dengan politik dinasti.

“Di Partai Demokrat, bapak dan anak menjabat ketua umum dan sekretaris jenderal,” tukasnya.

Dia memperkirakan apabila SBY kembali terpilih sebagai ketua umum tahun depan, maka posisi Demokrat dalam peta politik dipastikan juga tidak akan berubah.

Demokrat akan tetap menjadi kekuatan penyeimbang dengan menggunakan pendekatan politik simbiosis mutualisme di antara kedua koalisi yakni KMP dan KIH.

Karyono menyarankan agar Demokrat mengevaluasi sistem partai agar lebih terbuka. Demokrat perlu melakukan sistem kaderisasi secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga melahirkan kader-kader partai yang kelak bisa menjadi pemimpin berkualitas dan berintegritas.

“Selain itu, untuk memulihkan kepercayaan publik, Demokrat perlu menjaga konsistensi dalam menjalankan platform partai,” paparnya.

Lebih jauh dia mengatakan secara umum partai-partai di Indonesia masih mengandalkan aspek figur yang kuat seperti PDI Perjuangan mengandalkan figur Megawati, PAN yang juga menonjolkan Amien Rais, Hanura menonjolkan Wiranto, serta Gerindra menonjolkan Prabowo Subianto.

“Dulu PKB juga mengandalkan figur almarhum Abdurrahman Wahid dan para ulama, begitu pula PPP masih menonjolkan tokoh para alim ulama. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kultur paternalistik yang masih mengkristal dalam budaya kita,” ujarnya.

Karyono menyebut aspek mengandalkan figur semakin diperkuat oleh sistem pemilihan langsung. Sebab perilaku pemilih lebih cenderung terpengaruh oleh figur yang populer. AN-MB