Pengamat : Akibat Pandemi, Bali telah mengalami resesi ekonomi
- I Gde Sudibya
Denpasar, (Metrobali.com)-
Ekonom, pengamat ekonomi dan kebijakan publik I Gde Sudibya mengatakan, Bali telah mengalami resesi ekonomi. Hal tersebut dikatakan Sudibya, Senin (13/7) malam.
Bali mengalami resesi ekonomi, kata pengamat ini didukung oleh data data yang valid. Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan 1: minus 1.,14 %, Triwulan ke 2: minus 6 %. Per definisi: jika perekonomian tumbuh negatif 2 triwulan berturut-turut, ekonomi mengalami resesi. Jika pertumbuhan ekonomi negatif 2 tahun berturutan, ekonomi mengalami depresi.
Menurut Sudibya, tantangannya bagi pengambil kebijakan di Bali dan langkah-langkah apa yang harus segera diambil untuk mengerem pertumbuhan negatif ini di Triwulan ke 3 ( Juli – September 2020 ) dan Triwulan ke 4 ( Oktober – Desember 2020 ).
Dikatakan, pandemi Covid-19 melahirkan semacam “teori” kartu domino dalam perekonomian: sektor kesehatan yang mengalami tekanan dan nyaris ” runtuh “, berakibat merosot tajamnya industri pariwisata, yang kemudian berdampak pada sektor-sektor lainnya: transportasi, perdagangan, konstruksi, properti, jasa-jasa lainnya dan perbankan.
Dijelaskan, untuk sedikit mengungkit perekonomian Bali 6 bulan ke depan, sehingga ekonomi Bali tidak terlalu terpuruk kinerjanya tahun ini maka langkah yang semestinya segera diambil antara lain meningkatkan kembali pengeluaran konsumsi masyarakat, antara lain melalui peningkatan intensitas pengeluaran pemerintah dari jaring pengaman sosial, sesuai Perpu no.1 yang telah dijabarkan dalam Perpres no.72/2020, memperbaiki daya beli para petani untuk sejumlah komoditas, dengan pengaturan harga yang lebih adil, mendorong terus peningkatan aktivitas ekonomi rakyat.
Langkah selanjutnya yang diambil oleh pemangku kebijakan di Bali yakni mempercepat implementasi Perpres no.72/2020 di atas, tentang bantuan dana untuk UMKM.yang mendorong aktivitas ekonomi.
Mempercepat realisasi dana talangan bagi UMKM.dengan plafon kredit Rp.10 milyar, sehingga masyarakat pengusaha lebih mampu secara finansial mengelola kembali usahanya, dan terjadi injeksi dana ke masyarakat yang diharapkan dapat mengerem kemerosotan ekonomi.
Dikatakan, Era Kenormalan Baru Bali, dengan jadwal program: 9 Juli 2020 pembukaan kawasan wisata untuk masyarakat lokal, 31 Juli 2020 untuk wisatawan Nusantara dan 11 September 2020 untuk wisatawan manca negara, diperkirakan dapat berkontribusi significan dalam upaya pemulihan ekonomi, namun dengan beberapa syarat.
Syaratnya, upaya penanggulan pandemi berjalan efektif, kasus positif menurun, curve pandemi semakin melandai, karena pariwisata sangat tergantung kepada persepsi dan trust.
Syarat berikutnya, protokol kesehatan dapat dijalankan secara ketat, terlebih-lebih dalam realitasnya, pasokan tamu Nusantara untuk Bali banyak berasal dari Jakarta dan Jawa Timur, yang hari-hari ini kasus terpaparnya sangat tinggi.
Editor : Nyoman Sutiawan
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.