Jakarta (Metrobali.com)-

PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, pencurian minyak di jalur pipa Tempino, Jambi menuju Plaju, Sumsel telah menurunkan produksi siap jual (lifting) hingga 12.000 barel per hari.

“Kondisi ini menjadi kontradiktif di tengah upaya pemerintah memenuhi target ‘lifting’ APBN,” kata Kepala Komunikasi Pertamina Ali Mundakir di Jakarta, Minggu.

Menurut Ali Mundakir, penurunan ‘lifting’ tersebut tentunya membuat target pendapatan negara juga akan berkurang.

Ali mengatakan, penjarahan minyak di jalur pipa Tempino-Plaju terus berlanjut.

Sejak 24 Juli 2013, Pertamina telah menghentikan kegiatan pemompaan minyak mentah dari Tempino menuju Bentayan, Sumsel.

Penghentian tersebut untuk menekan penjarahan minyak yang terkonsentrasi di wilayah Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel.

Sementara, pemompaan dari Bentayan menuju Kilang Pertamina RU III Plaju yang ditambah pasokan kondensat dari Conoco Phillip tetap dilanjutkan.

Namun, mengetahui pemompaan dari Tempino dihentikan, lanjut Ali, penjarah mulai bergeser ke segmen Bentayan-Plaju yang sebelumnya tidak terjamah, dengan ditemukannya jejak pencurian “illegal tapping” di segmen pipa tersebut pada Sabtu (27/7).

Bahkan, pasokan kondensat dari Conoco Phillip juga terhenti akibat pipa penyalurnya mengalami “illegal tapping”.

“Untuk itu, terhitung sejak Sabtu (27/7) pukul 15.50 WIB semua sumur minyak di Bentayan terpaksa dimatikan dan tidak berproduksi untuk mencegah penuhnya tangki penampung minyak mentah,” ujarnya.

Ali menambahkan, akibat terhentinya pasokan tersebut, Kilang Plaju terancam tidak dapat beroperasi secara penuh.

“Kondisi ini akan mengancam kondisi pasokan BBM dan elpiji di Sumatera bagian selatan. Apalagi, menjelang Lebaran ini,” ujarnya. AN-MB