Foto Pendirian Baliho tolak reklamasi Teluk Benoa oleh Pemuda Desa Adat Renon (4)

 Pemuda Desa Adat Renon dirikan kembali Baliho Tolak Reklamasi, Sabtu malam, 18 Maret 2017

Denpasar (Metrobali.com)-

Perusakan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa terus menuai perlawanan dari rakyat Bali yang selama ini berjuang menolak reklamasi tersebut. Perlawanan tersebut ditunjukkan oleh Pemuda Desa Adat Renon dengan mendirikan 2 buah baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa pada Sabtu malam, 18 Maret 2017. Baliho tersebut masing-masing didirikan di bunderan Renon yang merupakan jalur masuk menuju pusat pemerintahan Propinsi Bali dan di pintu masuk Jalan Tukad Balian di Renon.

 Sebagai desa yang letaknya berdekatan dengan pusat pemerintahan Provinsi Bali, baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa Adat Renon kerap kali menjadi jadi korban tangan tidak bertanggung jawab. Baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang didirkan oleh Desa Adat Renon dirusak. Perusakan tersebut semata-mata adalah untuk menutupi fakta bahwa Desa Adat Renon dengan tegas menolak reklamasi Teluk Benoa.

 Hendra Suardana, Koordinator Pemuda Renon menjelaskan bahwa pendirian kembali baliho tolak reklamasi Teluk Benoa sebagai bentuk konsistensi Desa Adat Renon untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Perusakan baliho ini baginya adalah upaya pemberangusan aspirasi rakyat dalam menolak reklamasi Teluk Benoa. “Perusakan baliho tersebut semata-mata adalah untuk menutupi fakta bahwa Desa Adat Renon dengan tegas menolak reklamasi Teluk Benoa. Sehingga untuk terus menunjukkan bahwa rakyat tidak pernah takut dengan upaya-upaya intimidasi dan pemberangusan suara rakyat apapun bentuknya termasuk salah satunya berupa perusakan baliho-baliho Bali Tolak Reklamasi yang telah terjadi beberapa kali di desa kami maka kami bersama-sama mendirikan kembali baliho tolak reklamasi Teluk Benoa”, ujar Hendra.

 Sekalipun rawan untuk dirusak kembali, Eka Suputra, salah seorang pemuda yang terlibat di dalam pemasangan baliho tersebut menyatakan perusakan baliho dan bentuk pembungkaman lain terhadap gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa adalah resiko dari perjuangan. Jika baliho yang baru kembali dirusak menurutnya hal tersebut sekalipun menyebabkan kerugian tapi pendirian baliho tolak reklamasi Teluk Benoa bukanlah hal yang sia-sia. “Tidak ada perjuangan yang sia-sia, Perjuangan yang dilakukan rakyat Bali saat ini tidak sebanding dengan pengorbanan para leluhur pendahulu kita yang telah menjaga dan membuat Bali menjadi sedemikian terkenal saat ini. Kita sebagai penerus wajib menjaganya Bali dari upaya-upaya perusakan alam Bali salah satunya dengan terus berjuang tanpa henti untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa”, ungkapnya. RED-MB