????????????????????????????????????

 

Karangasem (Metrobali.com) –

Untuk memarisudha jagat, mapahayu bhuana agung dan bhuana alit atau mensucikan alam semesta beserta isinya serta meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkunganya serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana). Pemkab. Karangasem menggelar Upacara Tawur Agung Kesanga Mance Kelud tingkat kabupaten, sehari menjelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1938 yang berahir pada sore hari.

Upacara Tawur Agung Kesanga nemuning tilem kesanga ini berlangsung hikmad. Selain dipadati ratusan warga 35 Banjar Adat Karangasem, persembahyangan tawur agung kesanga menyambut tahun baru caka 1938 juga dihadiri Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri, S.Sos.,MAP bersama Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa didampingi Sekda Ir. I Gede Adnya Mulyadi, M.Si, Forkopimda, Bendesa Adat Karangasem I Wayan Bagiarta, SH.,MH. Tokoh Puri Karangasem dan sejumlah pejabat lainnya di Karangasem. Upacara dipusatkan di Lapangan Candra Buana kota Amlapura, Selasa (8/3/2016).

Prosesi upacara tawur agung kesanga dimulai sekitar pukul 14.00 sd 17.00 wita, prosesi pada tingkat kabupaten ini mengunakan upakara Caru Panca Kelud, sementara pada tingkat kecamatan menggunakan upakara Caru Panca Sanak dan dilanjutkan ditingkat desa dengan upakara Caru Panca Sata, serta ditingkat banjar menggunakan upakara Caru Eka Sata. Setelah prosesi nyarub caru, warga beramai-ramai nunas tirta (air suci) dan ajengan tawur. Tirta dan ajengan tawur ini selanjutnya digunakan sebagai pelengkap upacara dimasing-masing pekarangan (rumah tangga). Prosesi upacara tawur kesanga dipuput Pedanda Siwa-Buda. Ida Pedanda Gede Putra Tianyar dari Geriya Sindhu Amlapura dan Ida Pedanda Gede Ketut Jelantik dari Geriya Subagan. Sebagai pelengkap upacara, juga dipentaskan tari Rejang diiringi suara gambelan.

Sementara itu Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dalam kesempatannya menyampaikan disamping ritual ini untuk memarisudha jagat, mapahayu bhuana agung dan bhuana alit (mensucikan alam semesta beserta isinya) pihaknya mengajak umat sedharma untuk dapat melaksanakan catur brata penyepian dengan hikmad. Empat jenis Tapa Brata dalam Hari Raya Nyepi dimaksud meliputi Amati Gni (tidak menyalakan api yaitu api yang dapat membakar nurani dan pikiran sadar seperti marah atau iri hati dan berpikiran tidak baik serta tidak mengobarkan hawa nafsu), Amati Karya (tidak diperkenankan bekerja untuk merenung dan mengintropeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat), Amati Lelungan (tidak diperkenankan melakukan perjalanan atau melancong) dan Amati Lelanguan (tidak diperkenankan untuk menghibur diri, melainkan memusatkan pikiran terhadap Ida sang Hyang Widhi Wasa). Selain itu, kepada masyarakat Karangasem khususnya, diharapkan dapat menjaga kerukunan, keamanan dan kenyamanan untuk menjaga Karangasem agar tetap kondusif. “Semoga melalui catur brata penyepian senantiasa diberikan tuntunan, kedamaian dan kesucian buana agung dan buana alit menuju Karangasem Cerdas, Bersih dan Bermartabat berdasarkan Tri Hita Karanan,”harapnya.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan persembahyangan bersama, setelah itu lanjut dengan ritual Pengrupukan yang diwarnai dengan arak-arakan ogoh-ogoh oleh anak-anak muda setempat. Arak-arakan ogoh-ogoh dilakukan hampir disetiap desa pakraman di delapan kecamatan di Kab. Karangasem. Dan keesokan harinya melaksanakan Tapa Brata Penyepian. SMD-MB