Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerintah Kabupaten Bangli, Bali, akan mengoptimalkan pembangunan daerah melalui strategi pengembangan klaster sesuai dengan pola aktivitas ekonomi masyarakat setempat, baik produksi dan distribusi.

“Kami membangun Bangli dari desa sehingga gotong royong ada di sana. Membangun desa dari keluarga dan lebih didetailkan lagi membangun keluarga dari diri sendiri,” kata Bupati Bangli Made Gianyar dalam sarasehan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat untuk Mendukung Masterplan, Percepatan, dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Denpasar, Senin (23/9).

Menurut dia, strategi melalui klaster ekonomi tersebut ditetapkan tiga model, yakni klaster komoditas yang berorinetasi pada pasar ekspor dan luar negeri, klaster yang berorientasi pada pasar dalam negeri, dan klaster yang berorientasi pada pasar lokal.

Dia menjelaskan bahwa klaster pertama lebih dititikberatkan pada komoditas pertanian kopi dan objek wisata berupa objek wisata desa tradisional.

Sedangkan klaster dalam negeri di antaranya sapi, jeruk, dan kerajinan kayu dan bambu. Sementara itu untuk klaster lokal lebih ditekankan pada pasar yang berorientasi lokal di antaranya peternakan ayam, ikan, dan hasil kayu albesia.

Gianyar mengungkapkan bahwa gerakan pembangunan ekonomi masyarakat di kabupaten sejuk itu masih bertumpu pada sektor pertanian yang menyumbang hampir 33,07 persen perekonomian Bangli, disamping pajak hotel dan restoran (25,98 persen), jasa (22,41) dan sektor industri dan sektor lainnya (18,54).

“Gerakan pembangunan ekonomi masyarakat itu diharapkan menciptakan masyarakat yang berdaya saing tinggi melalui proses produksi hingga distribusi,” ucapnya.

Selama ini Kabupaten Bangli menjadi salah satu daerah di Provinsi Bali yang masih tertinggal baik dari pembangunan maupun ekonomi masyarakat setempat.

Meskipun demikian, pihaknya mengklaim bahwa selama tiga tahun terakhir, pendapatan perkapita penduduk setempat mengalami peningkatan dari Rp9,93 juta per tahun pada tahun 2009 menjadi Rp11,74 juta pada tahun 2011.

Sementara itu laju pertumbuhan ekononomi di kabupaten tersebut mengalami fluktuasi selama tiga tahun terakhir yakni pada tahun 2009 mencapai 5,71 persen, 2010 turun menjadi 4,97 persen dan 2011 menjadi 5,84 persen.

“Kita harus menerima ketertinggalan itu dan tidak perlu ditolak. Kami harus kerja keras yang diikuti SKPD dan rakyat. Tidak menutup kemungkinan dengan gotong royong, suatu ketika Bangli akan maju,” ucapnya optimistis. AN-MB