Friderica Widyasari Dewi

Jakarta (Metrobali.com)-

Bursa Efek Indonesia mengharapkan pemerintahan mendatang lebih aktif mendukung gerakan investasi di dalam negeri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Salah satu cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat yakni dengan melakukan investasi, salah satunya di pasar modal karena sektor itu cukup menjanjikan memberikan imbal hasil tinggi,” kata Direktur Pengembangan BEI Friderica Widyasari Dewi dalam seminar bertajuk “Peluang dan Prediksi Global Market Pasca pemilu” di Jakarta, Rabu (3/9).

Ia menceritakan bahwa mayoritas masyarakat di Korea Selatan kehidupannya cukup sejahtera. Salah satu faktor pendukungnya yakni masrakatnya aktif melakukan investasi seperti di pasar modal.

“Kami ingin investor pasar modal domestik mengambil kesempatan itu sehingga kepemilikan saham-saham emiten atau perusahaan tercatat di BEI didominasi lokal, sepanjang tahun ini saja kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI tumbuh sekitar 20 persen. Artinya pertumbuhannya sangat menarik, investor asing pun menunjukan minatnya untuk datang ke Indonesia,” katanya.

Ia memaparkan bahwa saat ini, sebanyak 64 persen dari total nilai investasi di pasar saham Indonesia dimiliki oleh investor asing, sedangkan sisanya lokal.

Tercatat, jumlah aset yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) periode Agustus 2014 sebanyak Rp3.125,44 triliun. Investor asing membukukan kepemilikan senilai Rp1.851,91 triliun, dan investor lokal Rp1.273,53 triliun.

Ke depan, Friderica Widyasari Dewi meyakini bahwa kinerja indeks BEI dapat lebih meningkat seiring dengan adanya harapan yang tinggi kepada pemerintahan baru nanti. Kalangan pasar menilai bahwa pemerintahan mendatang akan fokus terhadap pembangunan infrastruktur.

“Pemerintahan baru dinilai lebih aktif melihat pekerjaan rumah (PR)nya sehingga muncul harapan ekonomi akan bergerak tumbuh, dampaknya akan positif ke pasar modal,” ucapnya.

Ia mengemukakan bahwa sebagai langkah awal, calon investor dapat memulai investasi di pasar modal melalui produk reksa dana karena memiliki risiko lebih kecil dibandingkan investasi langsung ke saham.

“Banyak survei yang menyebutkan bahwa pada 2030 mendatang Indonesia akan menjadi ekonomi ketujuh terbesar di dunia. Jadi, harus diputuskan untuk segera berinvestasi,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Komisaris Independen Bank Permata Tony Prasetiantono mengatakan bahwa rendahnya pembangunan infrastruktur dapat menjadi kendala pertumbuhan ekonomi indonesia ke depannya.

“Diharapkan, pemerintahan mendatang dapat meningkatkan pembiayaan pembangunan infrastruktur. Belanja infrastruktur kita hanya sebesar Rp260 triliun, idealnya itu Rp500 triliun. Belanja infrastruktur bagi negara berkembang adalah 5 persen dari produk domestik bruto (PDB), Indonesia masih di bawah 5 persen,” katanya. AN-MB