Bamako (Metrobali.com) –

Seorang penyerang bunuh diri tewas dan tidak ada korban lain ketika ia meledakkan bomnya, dalam serangan yang gagal terhadap pasukan Prancis di Mali utara, kata beberapa pejabat militer Mali dan Prancis, Minggu.

“Pembom bunuh diri menyerang sebuah posisi tentara Prancis di kota Menaka,” kata seorang pejabat senior Angkatan Darat Mali kepada AFP melalui telefon dari wilayah utara negara itu.

“Pasukan Prancis mendeteksi keberadaannya dan dalam keadaan terburu-buru, pria itu meledakkan sabuk bomnya, menewaskan dirinya sendiri dan tidak ada korban lain,” kata pejabat itu.

Serangan Sabtu tengah malam itu, yang berlangsung di Menaka, sekitar 400 kilometer sebelah timur Gao, kota terbesar di Mali utara, dikonfirmasi oleh satuan perhubungan operasi militer Prancis di Mali.

Pejabat Angkatan Darat Mali itu mengatakan, sedikitnya dua calon penyerang bom bunuh diri lain melarikan diri dari lokasi kejadian setelah mereka tampaknya diperintahkan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap pasukan Prancis.

Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.

Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.

Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung Al Qaida di Maghribi Islam (AQIM), menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis, sejak April tahun lalu hingga mereka diusir oleh pasukan intervensi Prancis.

Pemberontak suku pada pertengahan Januari 2012 meluncurkan lagi perang puluhan tahun bagi kemerdekaan Tuareg di wilayah utara yang mereka klaim sebagai negeri mereka, yang diperkuat oleh gerilyawan bersenjata berat yang baru kembali dari Libya. Namun, perjuangan mereka kemudian dibajak oleh kelompok-kelompok muslim garis keras.

Kudeta pasukan yang tidak puas pada Maret 2012 dimaksudkan untuk memberi militer lebih banyak wewenang guna menumpas pemberontakan di wilayah utara, namun hal itu malah menjadi bumerang dan pemberontak menguasai tiga kota utama di Mali utara dalam waktu tiga hari saja.

Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.

PBB telah menyetujui penempatan pasukan penjaga perdamaian berkekuatan sekitar 12.600 prajurit untuk membantu menstabilkan dan mengamankan Mali. (Ant/AFP)