Foto: Wisatawan saat berkunjung ke Bali.

Denpasar (Metrobali.com)-

Baru-baru ini media sosial diramaikan beredarnya video wisatawan lokal di Bali yang mengalami penghadangan dan pemerasan oleh driver taksi offline. Driver taksi offline tidak terima wisatawan tersebut lebih memilih menggunakan taksi online.

Atas kejadian tersebut, tokoh masyarakat Bali, Ni Luh Djelantik melalui akun media sosial Instagram-nya menyampaikan permohonan maaf. Ia menegaskan setiap wisatawan berhak menentukan pilihan atas mode transportasi yang dibutuhkannya.

Ia menyarankan setiap perwakilan driver di setiap desa untuk memasarkan mode transportasi offline, membentuk perkumpulannya, serta menetukan tarif yang dapat bersaing dengan transportasi online. Ia juga mengaku siap mempromosikan transportasi offline tersebut dengan gratis.

Jika harga tidak bisa sama, lanjut Ni Luh, maka berikan pelayanan ekstra, misal sediakan air putih/permen/handuk dingin/mobil bersih serta tentu saja pengemudi yang ramah dan tulus melayani.

“Masukan di atas sudah Mbok sampaikan berulang kali sejak sepuluh tahun lalu. Mbok bahkan menyarankan, jika tidak mau jadi anggota driver online, maka Bali harus punya sistem online setara Gojek untuk mengakomodir para driver. Namakan saja GoBali misalnya,” ungkap wanita yang akrab disapa Mbok Niluh itu.

Selanjutnya, ia menyarankan untuk diadakan pertemuan rutin antara driver offline dan online membahas kondisi di lapangan yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan.

Ia berharap masyarakat Bali bisa menerima kehadiran teknologi. Ia meyakini wisatawan berkenan membayar lebih penyedia layanan bisa memberikan alasan tepat dan pelayanan prima.

“Untuk para driver di Bali, mari kita bergandengan tangan wujudkan Bali aman nyaman untuk semua. Tarif fair, pelayanan berkualitas, siap bersaing secara sehat adalah kunci,” tandasnya.

Postingan Ni Luh di laman media sosialnya itu mendapat cukup banyak komentar dari warganet. Larangan menggunakan taksi online di Bali oleh driver offline setempat dinilai mempersulit wisatawan yang sudah melek teknologi. Apalagi tarif yang diterapkan oleh taksi offline dianggap tidak masuk akal.

“Dear Mbk Niluh, sebenernya prilaku kayak gini gak cuma sekali dua kali terjadi mbk cuma ini kebetulan aja tamunya berani rekam dan share, sudah banyak korban dari daerah bebas taxi online yg di stop ditengah jalan, dipalak dan diancam. Saya paham kalo beberapa daerah menerapkan kebijakan bebas taxi online karena akan mematikan lapangan pekerjaan untuk taxi conventional ataupun local transport tetapi pada kenyataannya di lapangan harga yg di patok oleh local transport sangat tidak masuk akal maka dari itu banyak tamu yg bandel dan lebih memilih taxi online yg harganya lebih terjangkau, saran dari saya mb kalo bisa Mb Niluh sebagai wakil rakyat bali agar mendiskusikan masalah ini dengan desa setempat agar adanya tarif dasar yg sekiranya lebih terjangkau sehingga tamu lebih memilih memakai local transport yg harganya terjangkau dan tidak terjadi lagi kejadian yg seperti ini pencegatan di jalan, pengancaman maupun pungli. Kejadian ini bukan hanya mencemarkan nama desa/br tersebut tetapi juga pariwisata bali yang baru bangkit ini. Semoga comment saya di baca dan diterima masukannya. Terimakasih” ungkap akun @diahdicha_.

“Di dewi saraswati mbok @niluhdjelantik banyak wisatawan yg di paksa turun, dan mereka hrs gredek koper2 mrk ke jalan kunti. semoga atas bantuan mbok semua bisa di selesaikan dgn baik,” ujar akun @mskwanda. Terkait penghadangan yang dilakukan pengemudi taksi lokal di Bali, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun menyayangkan hal tersebut. Ia menegaskan tidak pernah ada larangan bagi taksi online untuk mengangkut penumpang di Bali. Masyarakat pun diperbolehkan memilih transportasi yang ingin digunakan.

“Kami menyelesalkan terjadinya peristiwa itu, di tengah pemulihan pariwisata Bali seharusnya semua pihak berupaya memberikan rasa aman dan nyaman, jangan sampai adanya kejadian ini menimbulkan kesan Bali tidak aman bagi wisatawan,” ungkap Tjok Bagus Pemayun, Rabu (21/6/2023).

Ia memastikan pelaku penghadangan telah diproses di kepolisian dan akan mempertanggungjawabkan aksinya sesuai hukum yang berlaku. Ia berharap tidak ada lagi kejadian yang membuat citra buruk Bali.

Terkait regulasi taksi online dan offline, Dinas Pariwisata menyerahkan sepenuhnya ke Dinas Perhubungan.

“Yang pasti kami ingin semua berjalan baik sesuai regulasi, semua pihak baik taksi online maupun offline boleh menjalankan usahanya di Bali, yang penting wisatawan yang diangkut merasa aman dan nyaman,” tandas Tjok Bagus Pemayun. (*)